Pemberontak Rwanda Diduga Culik 3 Pekerja Palang Merah
A
A
A
KINSHASA - Tiga anggota Palang Merah telah diculik di Kongo timur dalam serangan yang dikatakan oleh kelompok hak asasi dilakukan oleh kelompok pemberontak Rwanda.
Penculikan ini dikonfirmasi oleh Direktur Operasi Palang Merah, Dominik Stillhart dalam akun Twitternya. "Kami melakukan segala yang kami bisa untuk membawa mereka kembali pulang dengan selamat," kata Stillhart, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/5/2016).
Pusat Studi untuk Promosi Perdamaian, Demokrasi dan HAM yang berbasis di Kongo mengatakan, tiga orang anggota Palang Merah itu diculik saat mengendarai mobil di Goma, sebelah timur negara itu. Kendaraan ketiganya ditemukan di lokasi penculikan.
Pelaku diyakini adalah anggota kelompok pemberontak Rwanda, Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR). Kelompok ini terdiri dari mantan tentara dan milisi Hutu, kelompok di belakang genosida pada 1994.
Kelompok pemberontak, yang telah mengobarkan perang terhadap kelompok-kelompok bersenjata lainnya dan pemerintah, dianggap sebagai biang kerok ketidakstabilan di wilayah tersebut. Mereka ingin kembali ke Rwanda, tetapi misi penjaga perdamaian PBB mengatakan tujuan kelompok itu adalah untuk menggulingkan pemerintah Rwanda.
Republik Demokratik Kongo yang kaya sumber daya telah menderita ketidakstabilan sejak jutaan orang tewas dalam perang-perang regional pada tahun 1996 dan 2003. Sebagian besar dari mereka yang tewas dikarenakan kelaparan dan penyakit, dan kelompok bersenjata terus beroperasi di daerah itu.
Penculikan ini dikonfirmasi oleh Direktur Operasi Palang Merah, Dominik Stillhart dalam akun Twitternya. "Kami melakukan segala yang kami bisa untuk membawa mereka kembali pulang dengan selamat," kata Stillhart, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/5/2016).
Pusat Studi untuk Promosi Perdamaian, Demokrasi dan HAM yang berbasis di Kongo mengatakan, tiga orang anggota Palang Merah itu diculik saat mengendarai mobil di Goma, sebelah timur negara itu. Kendaraan ketiganya ditemukan di lokasi penculikan.
Pelaku diyakini adalah anggota kelompok pemberontak Rwanda, Pasukan Demokratik untuk Pembebasan Rwanda (FDLR). Kelompok ini terdiri dari mantan tentara dan milisi Hutu, kelompok di belakang genosida pada 1994.
Kelompok pemberontak, yang telah mengobarkan perang terhadap kelompok-kelompok bersenjata lainnya dan pemerintah, dianggap sebagai biang kerok ketidakstabilan di wilayah tersebut. Mereka ingin kembali ke Rwanda, tetapi misi penjaga perdamaian PBB mengatakan tujuan kelompok itu adalah untuk menggulingkan pemerintah Rwanda.
Republik Demokratik Kongo yang kaya sumber daya telah menderita ketidakstabilan sejak jutaan orang tewas dalam perang-perang regional pada tahun 1996 dan 2003. Sebagian besar dari mereka yang tewas dikarenakan kelaparan dan penyakit, dan kelompok bersenjata terus beroperasi di daerah itu.
(ian)