Kekurangan Wanita, Para Pria Lajang China Impor Gadis Vietnam
A
A
A
BEIJING - Ratusan anak gadis Vietnam berusia belasan tahun dijual ke China untuk dijadikan pengantin bagi pria-pria lajang di negara Tirai Bambu itu.
Praktik “impor” gadis-gadis Vietnam melalui pedagang manusia itu terjadi setelah China kekurangan penduduk perempuan.
Ketidakseimbangan gender di China itulah yang menjadi celah bagi para pedagang manusia meraup untung dengan menjalankan praktik ilegal penjualan gadis-gadis Vietnam.
CNN, dalam laporannya, menyatakan, desa-desa di sepanjang perbatasan Vietnam-China telah menjadi tempat berburu bagi para pedagang manusia untuk memberikan istri bagi pria lajang di China.
Gadis-gadis Vietnam ditipu atau dibius, kemudiaan diselundupkan ke perbatasan dengan perahu, sepeda motor atau pun mobil.
”Jumlah biayanya sangat besar bagi seorang pria China untuk menikahi seorang wanita lokal, karena sejumlah pria bersaing untuk mendapatkan (perempuan) dalam pernikahan,” kata Ha Thi Van Khanh, koordinator proyek nasional anti-perdagangan manusia untuk PBB di Vietnam, seperti dikutip IB Times, Selasa (3/5/2016).
Secara tradisional, pria China yang ingin menikahi wanita lokal harus membayar perjamuan yang rumit dan sudah membeli rumah baru.”Jadi, ini mengapa mereka mencoba untuk mengimpor perempuan dari negara-negara tetangga, termasuk Vietnam,” lanjut dia.
Seorang gadis Vietnam bisa dijual sebesar USD3.000. Para gadis Vietnam diminati para pria lajang di China karena ada kesamaan budaya.
Dalam investigasi CNN, ada seorang gadis Vietnam 16 tahun itu dibius dan diselundupkan ke China, di mana dia ditekan untuk menikah. Ketika dia menolak, gadis itu dipukuli dan dibiarkan kelaparan sampai akhirnya dia menyerah.
Gadis dengan nama pendek Nguyen ini mengaku suaminya baik padanya. Tapi, dia tidak pernah berkeinginan menghilang dari keluarganya di Vietnam. ”Keinginan saya untuk pulang tak terlukiskan," kata Nguyen.
”Saya setuju untuk menikah dengan pria, tapi saya tidak bisa tinggal dengan orang asing tanpa memiliki perasaan padanya,” lanjut dia.
Ketika ibu mertuanya menyadari bahwa Nguyen tidak pernah “hangat” untuk pernikahan, wanita Vietnam ini dikembalikan ke pedagang manusia yang menjualnya.Keluarga itu mendapatkan uang mereka kembali, dan Nguyen dia dipaksa menjadi pengantin yang kedua kalinya dengan pria lain.
Namun, Nguyen akhirnya berhasil melarikan diri dan pulang ke Vietnam, meski harus meninggalkan anaknya di China.
Para pejabat China dan Vietnam telah bekerja sama untuk membantu membendung praktik perdagangan manusia. Mereka juga bekerja sama dengan beberapa organisasi seperti Yayasan Pacific Link yang menjalankan penampungan bagi korban trafficking di Vietnam.
Pacific Link mengambil korban setiap minggu di wilayah Vietnam utara.”Saya pikir kesadaran adalah satu-satunya alat untuk mengakhiri perdagangan,” kata pendiri yayasan, Diep Vuong.
Praktik “impor” gadis-gadis Vietnam melalui pedagang manusia itu terjadi setelah China kekurangan penduduk perempuan.
Ketidakseimbangan gender di China itulah yang menjadi celah bagi para pedagang manusia meraup untung dengan menjalankan praktik ilegal penjualan gadis-gadis Vietnam.
CNN, dalam laporannya, menyatakan, desa-desa di sepanjang perbatasan Vietnam-China telah menjadi tempat berburu bagi para pedagang manusia untuk memberikan istri bagi pria lajang di China.
Gadis-gadis Vietnam ditipu atau dibius, kemudiaan diselundupkan ke perbatasan dengan perahu, sepeda motor atau pun mobil.
”Jumlah biayanya sangat besar bagi seorang pria China untuk menikahi seorang wanita lokal, karena sejumlah pria bersaing untuk mendapatkan (perempuan) dalam pernikahan,” kata Ha Thi Van Khanh, koordinator proyek nasional anti-perdagangan manusia untuk PBB di Vietnam, seperti dikutip IB Times, Selasa (3/5/2016).
Secara tradisional, pria China yang ingin menikahi wanita lokal harus membayar perjamuan yang rumit dan sudah membeli rumah baru.”Jadi, ini mengapa mereka mencoba untuk mengimpor perempuan dari negara-negara tetangga, termasuk Vietnam,” lanjut dia.
Seorang gadis Vietnam bisa dijual sebesar USD3.000. Para gadis Vietnam diminati para pria lajang di China karena ada kesamaan budaya.
Dalam investigasi CNN, ada seorang gadis Vietnam 16 tahun itu dibius dan diselundupkan ke China, di mana dia ditekan untuk menikah. Ketika dia menolak, gadis itu dipukuli dan dibiarkan kelaparan sampai akhirnya dia menyerah.
Gadis dengan nama pendek Nguyen ini mengaku suaminya baik padanya. Tapi, dia tidak pernah berkeinginan menghilang dari keluarganya di Vietnam. ”Keinginan saya untuk pulang tak terlukiskan," kata Nguyen.
”Saya setuju untuk menikah dengan pria, tapi saya tidak bisa tinggal dengan orang asing tanpa memiliki perasaan padanya,” lanjut dia.
Ketika ibu mertuanya menyadari bahwa Nguyen tidak pernah “hangat” untuk pernikahan, wanita Vietnam ini dikembalikan ke pedagang manusia yang menjualnya.Keluarga itu mendapatkan uang mereka kembali, dan Nguyen dia dipaksa menjadi pengantin yang kedua kalinya dengan pria lain.
Namun, Nguyen akhirnya berhasil melarikan diri dan pulang ke Vietnam, meski harus meninggalkan anaknya di China.
Para pejabat China dan Vietnam telah bekerja sama untuk membantu membendung praktik perdagangan manusia. Mereka juga bekerja sama dengan beberapa organisasi seperti Yayasan Pacific Link yang menjalankan penampungan bagi korban trafficking di Vietnam.
Pacific Link mengambil korban setiap minggu di wilayah Vietnam utara.”Saya pikir kesadaran adalah satu-satunya alat untuk mengakhiri perdagangan,” kata pendiri yayasan, Diep Vuong.
(mas)