Saudi Sumbang Rp131,7 M untuk Pusat Anti-Terorisme Nuklir di Wina
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka telah menyumbangkan USD10 juta atau sekitar Rp131,7 miliar untuk membangun pusat khusus anti-terorisme nuklir di Wina, Austria.
Pengumuman itu dirilis kantor berita pemerintah Saudi, SPA, Sabtu (2/4/2016) di tengah pelaksanaan KTT Keamanan Nuklir yang berlangsung di Washington. KTT itu membahas solusi untuk mencegah kelompok teror, seperti ISIS memperoleh senjata nuklir.
Kepala delegasi Saudi di puncak KTT Keamanan Nuklir, Hashim bin Abdullah Yamani, yang juga presiden dari King Abdullah City for Atomic and Renewable Energy, mengatakan bahwa Riyadh adalah salah satu negara pertama yang mendorong langkah-langkah dan perjanjian untuk memerangi terorisme nuklir.
Yamani mengatakan Saudi juga tertarik untuk memproduksi energi bersih melalui fasilitas nuklir damai.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, mengatakan bahwa tidak ada keraguan jika kelompok Islamic State (ISIS) berpotensi memperoleh senjata nuklir dan menggunakannya untuk membunuh orang sebanyak mungkin.
Obama menginginkan denuklirisasi sebelum dia meninggalkan Gedung Putih tahun depan.
Selain kekhawatiran ISIS memperoleh senjata nuklir, Obama dan para pemimpin dunia, khususnya pemimpin Jepang dan Korea Selatan telah mencemaskan potensi ancaman senjata nuklir Korea Utara. Ketiga pemimpin ini mendesak Korut menghentikan provokasi atau akan menghadapi tekanan yang lebih hebat.
Obama juga melakukan pembicaraan khusus dengan Presiden China, Xi Jinping, terkait krisis nuklir Korut. Meski China selama ini dianggap sebagai sekutu utama Pyongyang, namun Xi dan Obama sepakat bekerjasama mengatasi potensi ancaman senjata nuklir Korut.
Pengumuman itu dirilis kantor berita pemerintah Saudi, SPA, Sabtu (2/4/2016) di tengah pelaksanaan KTT Keamanan Nuklir yang berlangsung di Washington. KTT itu membahas solusi untuk mencegah kelompok teror, seperti ISIS memperoleh senjata nuklir.
Kepala delegasi Saudi di puncak KTT Keamanan Nuklir, Hashim bin Abdullah Yamani, yang juga presiden dari King Abdullah City for Atomic and Renewable Energy, mengatakan bahwa Riyadh adalah salah satu negara pertama yang mendorong langkah-langkah dan perjanjian untuk memerangi terorisme nuklir.
Yamani mengatakan Saudi juga tertarik untuk memproduksi energi bersih melalui fasilitas nuklir damai.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, mengatakan bahwa tidak ada keraguan jika kelompok Islamic State (ISIS) berpotensi memperoleh senjata nuklir dan menggunakannya untuk membunuh orang sebanyak mungkin.
Obama menginginkan denuklirisasi sebelum dia meninggalkan Gedung Putih tahun depan.
Selain kekhawatiran ISIS memperoleh senjata nuklir, Obama dan para pemimpin dunia, khususnya pemimpin Jepang dan Korea Selatan telah mencemaskan potensi ancaman senjata nuklir Korea Utara. Ketiga pemimpin ini mendesak Korut menghentikan provokasi atau akan menghadapi tekanan yang lebih hebat.
Obama juga melakukan pembicaraan khusus dengan Presiden China, Xi Jinping, terkait krisis nuklir Korut. Meski China selama ini dianggap sebagai sekutu utama Pyongyang, namun Xi dan Obama sepakat bekerjasama mengatasi potensi ancaman senjata nuklir Korut.
(mas)