Korut Acak Sinyal GPS, Nelayan Korsel Batal Melaut
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) terus melakukan aksi provokasi. Setelah sempat menembakkan rudal, para pejabat Korea Selatan (Korsel) melaporkan, Korut mengacak sinyal GPS di wilayah perbatasan dengan menggunakan gelombang radio.
Menurut laporan itu, Korut telah melakukan hal tersebut sejak sebulan lalu dari berbagai lokasi di sepanjang perbatasan. Namun puncak aktivitas itu terjadi pada Kamis kemarin, seperti diberitakan kantor berita Korsel Yonhap mengutup seorang pejabat senior pemerintah.
Sejumlah laporan menyebutkan, aksi yang dilakukan oleh Korut itu mempengaruhi 110 pesawat dan kapal serta menyebabkan ponsel tidak berfungsi. Sedangkan penjaga pantai Korsel melaporkan sekitar 70 kapal nelayan terpaksa kembali ke pelabuhan setelah masalah navigasi dikutip BBC dari kantor berita AFP, Jumat (1/4/2016).
Juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Jeong Joon-hee mengatakan itu adalah "tindakan provokasi". Sejak 2010, Korut dituding telah tiga kali mengacak sinyal GPS. Diyakini, Korut dapat mengacak sinyal GPS menggunakan peralatan yang diimpor dari Rusia. Namun hal itu dibantah Pyongyang dan menyebutnya sebagai tuduhan yang dibuat-buat.
Ketegangan antara kedua Korea terjadi sejak uji coba nuklir keempat Korut pada bulan Januari. Sejak itu, Korsel meningkatkan langkah-langkah keamanan termasuk patroli perbatasan. Korsel juga memungkinkan jet-jet Amerika Serikat (AS) terbang di dekat perbatasan. Hal ini dibalas Korut dengan mengancam akan melakukan serangan nuklir sembarangan terhadap AS dan Korsel.
Menurut laporan itu, Korut telah melakukan hal tersebut sejak sebulan lalu dari berbagai lokasi di sepanjang perbatasan. Namun puncak aktivitas itu terjadi pada Kamis kemarin, seperti diberitakan kantor berita Korsel Yonhap mengutup seorang pejabat senior pemerintah.
Sejumlah laporan menyebutkan, aksi yang dilakukan oleh Korut itu mempengaruhi 110 pesawat dan kapal serta menyebabkan ponsel tidak berfungsi. Sedangkan penjaga pantai Korsel melaporkan sekitar 70 kapal nelayan terpaksa kembali ke pelabuhan setelah masalah navigasi dikutip BBC dari kantor berita AFP, Jumat (1/4/2016).
Juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Jeong Joon-hee mengatakan itu adalah "tindakan provokasi". Sejak 2010, Korut dituding telah tiga kali mengacak sinyal GPS. Diyakini, Korut dapat mengacak sinyal GPS menggunakan peralatan yang diimpor dari Rusia. Namun hal itu dibantah Pyongyang dan menyebutnya sebagai tuduhan yang dibuat-buat.
Ketegangan antara kedua Korea terjadi sejak uji coba nuklir keempat Korut pada bulan Januari. Sejak itu, Korsel meningkatkan langkah-langkah keamanan termasuk patroli perbatasan. Korsel juga memungkinkan jet-jet Amerika Serikat (AS) terbang di dekat perbatasan. Hal ini dibalas Korut dengan mengancam akan melakukan serangan nuklir sembarangan terhadap AS dan Korsel.
(ian)