Bocoran Briefing Raja Yordania Ungkap Borok Erdogan dan Israel
A
A
A
LONDON - Sebuah bocoran laporan briefingRaja Yordania, Abdullah II, mengungkap “borok” kebijakan janggal dari Presiden Turki, Tayyip Erdogan, dan Pemerintah Israel, perihal krisis Suriah.
Bocoran laporan yang diterima Guardian itu merupakan hasil briefing rahasia Raja Abdullah II dengan para pemimpin Kongres Amerika Serikat (AS), termasuk John McCain dan Paul Ryan.
Menurut laporan yang dilansir Sabtu (26/3/2016), Raja Abdullah II pernah mengatakan bahwa Presiden Erdogan percaya pada solusi “Islam radikal” untuk masalah-masalah di Timur Tengah.
”Dia (Raja Abullah II) melanjutkan dengan mengatakan bahwa bahwa teroris akan ke Eropa merupakan bagian dari kebijakan Turki, dan Turki terus menjadi tamparan di tangan, tetapi mereka mendapatkan off hook,” bunyi laporan itu.
Bocoran laporan itu muncul setelah ada pengumuman kesepakatan Turki diminta Uni Eropa untuk membantu dalam memecahkan masalah pengungsi dengan imbalan miliaran euro. Pemerintah Erdogan belum merespons laporan ini.
Sedangkan soal Israel, disebut bahwa Pemerintah Benjamin Netanyahu menutup mata dengan keberadaan kelompok Al-Nusra, cabang Al-Qaeda di Suriah, yang mengontrol sebagian besar wilayah Suriah termasuk di dekat perbatasan Israel.
Diamnya Israel atas munculnya Al-Nusra itu karena kelompok itu dianggap oleh Pemerintah Netanyahu sebagai “oposisi terhadap Hizbullah”, kelompok sayap militer Libanon sekutu rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang merupakan musuh Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyangkap laporan itu.
Selain soal Erdogan dan Israel, briefing Raja Abdullah II dan para pemimpin Kongres AS juga mengungkap pengerahan pasukan khusus Inggris, SAS, dalam jumlah besar di Libya. Raja Yordania itu juga mengakui ada pasukan khusus Yordania di Libya, namun tak sebesar SAS.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron telah menolak untuk memberikan informasi apapun terkait bocoran laporan itu. ”SAS sudah tunduk pada hukum internasional seperti orang lain di negara kita, tapi saya tidak mengusulkan untuk mengubah pengaturan di mana -orang sangat berani sedang bekerja,” kata Cameron.
Secara resmi, Inggris mengerahkan sekitar 1.000 tentara untuk membantu melatih penduduk setempat di Libya yang dilanda perang sipil sejak diktator Muammar Gaddafi digulingkan dan dibunuh pada tahun 2011.
Kedutaan Besar Yordania di AS dan Inggris telah menolak untuk memverifikasi bocoran laporan tersebut. Sementara itu, satu anggota Kongres telah mengaku kepada Guardian bahwa briefing rahasia itu benar-benar. Hanya saja dia menolak mengotentikasi poin briefing.
Bocoran laporan yang diterima Guardian itu merupakan hasil briefing rahasia Raja Abdullah II dengan para pemimpin Kongres Amerika Serikat (AS), termasuk John McCain dan Paul Ryan.
Menurut laporan yang dilansir Sabtu (26/3/2016), Raja Abdullah II pernah mengatakan bahwa Presiden Erdogan percaya pada solusi “Islam radikal” untuk masalah-masalah di Timur Tengah.
”Dia (Raja Abullah II) melanjutkan dengan mengatakan bahwa bahwa teroris akan ke Eropa merupakan bagian dari kebijakan Turki, dan Turki terus menjadi tamparan di tangan, tetapi mereka mendapatkan off hook,” bunyi laporan itu.
Bocoran laporan itu muncul setelah ada pengumuman kesepakatan Turki diminta Uni Eropa untuk membantu dalam memecahkan masalah pengungsi dengan imbalan miliaran euro. Pemerintah Erdogan belum merespons laporan ini.
Sedangkan soal Israel, disebut bahwa Pemerintah Benjamin Netanyahu menutup mata dengan keberadaan kelompok Al-Nusra, cabang Al-Qaeda di Suriah, yang mengontrol sebagian besar wilayah Suriah termasuk di dekat perbatasan Israel.
Diamnya Israel atas munculnya Al-Nusra itu karena kelompok itu dianggap oleh Pemerintah Netanyahu sebagai “oposisi terhadap Hizbullah”, kelompok sayap militer Libanon sekutu rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang merupakan musuh Israel. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyangkap laporan itu.
Selain soal Erdogan dan Israel, briefing Raja Abdullah II dan para pemimpin Kongres AS juga mengungkap pengerahan pasukan khusus Inggris, SAS, dalam jumlah besar di Libya. Raja Yordania itu juga mengakui ada pasukan khusus Yordania di Libya, namun tak sebesar SAS.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron telah menolak untuk memberikan informasi apapun terkait bocoran laporan itu. ”SAS sudah tunduk pada hukum internasional seperti orang lain di negara kita, tapi saya tidak mengusulkan untuk mengubah pengaturan di mana -orang sangat berani sedang bekerja,” kata Cameron.
Secara resmi, Inggris mengerahkan sekitar 1.000 tentara untuk membantu melatih penduduk setempat di Libya yang dilanda perang sipil sejak diktator Muammar Gaddafi digulingkan dan dibunuh pada tahun 2011.
Kedutaan Besar Yordania di AS dan Inggris telah menolak untuk memverifikasi bocoran laporan tersebut. Sementara itu, satu anggota Kongres telah mengaku kepada Guardian bahwa briefing rahasia itu benar-benar. Hanya saja dia menolak mengotentikasi poin briefing.
(mas)