Yordania Ingatkan AS-Inggris Soal Pencaplokan Tepi Barat oleh Israel
loading...
A
A
A
AMMAN - Yordania telah memperingatkan Inggris dan Amerika Serikat (AS) tentang bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang ditimbulkan oleh rencana Israel mencaplok wilayah Tepi Barat, Palestina. Yordania mendesak masyarakat internasional untuk turun tangan mencegah hal ini.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab menuturkan rencana rezim Tel Aviv untuk memaksakan kedaulatan atas permukiman di Tepi Barat dan Lembah Jordan adalah bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam peluang perdamaian.
Dia meminta Raaab untuk mencegah Israel bergerak maju dengan rencana aneksasi. Safadi lebih jauh menekankan pentingnya campur tangan yang mendesak dan aktif oleh komunitas internasional untuk melindungi peluang perdamaian.
Sementara itu, dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Safadi menyatakan oposisi kuat Yordania terhadap upaya Israel untuk mengkonsolidasikan pendudukannya atas tanah Palestina.
"Skema aneksasi merusak semua prospek perdamaian," kata Safadi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir PressTV pada Minggu (31/5/2020).
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengumumkan pemerintahannya akan mencaplok 30% wilayah Tepi Barat. Saat berbicara pada surat kabar Israel, Makor Rishon, Netanyahu mengungkapkan kedaulatan Israel akan diterapkan pada 30% wilayah Tepi Barat, yang setara dengan 50% Area C.
Area C menurut Kesepakatan Oslo mewakili 60% wilayah Tepi Barat dan di bawah pemerintahan dan kontrol keamanan Israel. Menurut Netanyahu, peta wilayah yang akan dicaplok itu belum difinalisasi.
Meski demikian, dia menyatakan sesuai “kesepakatan abad ini”, Palestina dan Israel tidak akan diizinkan membangun struktur apapun pada sisa 50% lokasi di mana Israel tidak akan menerapkan kedaulatannya.
Netanyahu menjelaskan, pemerintahannya akan membawa isu itu dalam voting di parlemen Knesset, sesuai kesepakatan pemerintahan koalisi dengan ketua Partai Biru dan Putih.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab menuturkan rencana rezim Tel Aviv untuk memaksakan kedaulatan atas permukiman di Tepi Barat dan Lembah Jordan adalah bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengancam peluang perdamaian.
Dia meminta Raaab untuk mencegah Israel bergerak maju dengan rencana aneksasi. Safadi lebih jauh menekankan pentingnya campur tangan yang mendesak dan aktif oleh komunitas internasional untuk melindungi peluang perdamaian.
Sementara itu, dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Safadi menyatakan oposisi kuat Yordania terhadap upaya Israel untuk mengkonsolidasikan pendudukannya atas tanah Palestina.
"Skema aneksasi merusak semua prospek perdamaian," kata Safadi dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir PressTV pada Minggu (31/5/2020).
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengumumkan pemerintahannya akan mencaplok 30% wilayah Tepi Barat. Saat berbicara pada surat kabar Israel, Makor Rishon, Netanyahu mengungkapkan kedaulatan Israel akan diterapkan pada 30% wilayah Tepi Barat, yang setara dengan 50% Area C.
Area C menurut Kesepakatan Oslo mewakili 60% wilayah Tepi Barat dan di bawah pemerintahan dan kontrol keamanan Israel. Menurut Netanyahu, peta wilayah yang akan dicaplok itu belum difinalisasi.
Meski demikian, dia menyatakan sesuai “kesepakatan abad ini”, Palestina dan Israel tidak akan diizinkan membangun struktur apapun pada sisa 50% lokasi di mana Israel tidak akan menerapkan kedaulatannya.
Netanyahu menjelaskan, pemerintahannya akan membawa isu itu dalam voting di parlemen Knesset, sesuai kesepakatan pemerintahan koalisi dengan ketua Partai Biru dan Putih.
(esn)