Putin Tarik Pasukan dari Suriah, Saudi Sebut Sangat Positif
A
A
A
RIYADH - Pemerintah Arab Saudi, memuji keputusan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang menarikan sebagian pasukannya dari Suriah. Saudi menyebut keputusan Putin itu sangat positif.
“Penarikan parsial pasukan Rusia dari Suriah adalah langkah yang sangat positif,” kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, pada hari Rabu.
Dia berharap langkah Putin itu akan memaksa Presiden Bashar Al-Assad untuk membuat konsesi. Saudi merupakan pendukung oposisi atau pemberontak Suriah yang ingin menggulingkan rezim Assad. Saudi terkejut ketika Rusia melakukan intervensi dalam perang sipil di Suriah.
”Ini merupakan harapan kami bahwa itu akan berkontribusi terhadap percepatan proses politik berdasarkan deklarasi Jenewa pertama, dan hal itu akan memaksa rezim Assad untuk membuat konsesi yang diperlukan untuk membawa transisi politik,” kata Jubeir, seperti dikutip Reuters, Kamis (17/3/2016).
Putin beralasan penarikan sebagian pasukan Rusia dari Suriah karena tujuan misi militer Moskow sudah tercapai, salah satunya menolong rezim Assad memerangi kelompok teror.
Namun, spekulasi atas keputusan Putin telah bermunculan. Ada yang menyebut Putin takut Rusia menanggung risiko bila Perang Suriah berubah seperti Perang Vietnam dan Perang Afghanistan. Ada juga analis yang menyebut adanya “grand bargain” antara Putin dan kekuatan asing terkait penarikan pasukan Rusia dari Suriah.
Ditanya soal spekulasi tentang "grand bargain" itu, Jubeir menepisnya.”Sejauh yang saya tahu, dan saya percaya saya dalam posisi untuk tahu, tidak ada hal seperti itu,” katanya.
Arab Saudi, Rusia dan beberapa produsen minyak lain baru-baru ini setuju untuk membekukan produksi minyak pada saat ini sebagai langkah mengatasi anjloknya harga minyak sejak musim panas 2014.
“Penarikan parsial pasukan Rusia dari Suriah adalah langkah yang sangat positif,” kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, pada hari Rabu.
Dia berharap langkah Putin itu akan memaksa Presiden Bashar Al-Assad untuk membuat konsesi. Saudi merupakan pendukung oposisi atau pemberontak Suriah yang ingin menggulingkan rezim Assad. Saudi terkejut ketika Rusia melakukan intervensi dalam perang sipil di Suriah.
”Ini merupakan harapan kami bahwa itu akan berkontribusi terhadap percepatan proses politik berdasarkan deklarasi Jenewa pertama, dan hal itu akan memaksa rezim Assad untuk membuat konsesi yang diperlukan untuk membawa transisi politik,” kata Jubeir, seperti dikutip Reuters, Kamis (17/3/2016).
Putin beralasan penarikan sebagian pasukan Rusia dari Suriah karena tujuan misi militer Moskow sudah tercapai, salah satunya menolong rezim Assad memerangi kelompok teror.
Namun, spekulasi atas keputusan Putin telah bermunculan. Ada yang menyebut Putin takut Rusia menanggung risiko bila Perang Suriah berubah seperti Perang Vietnam dan Perang Afghanistan. Ada juga analis yang menyebut adanya “grand bargain” antara Putin dan kekuatan asing terkait penarikan pasukan Rusia dari Suriah.
Ditanya soal spekulasi tentang "grand bargain" itu, Jubeir menepisnya.”Sejauh yang saya tahu, dan saya percaya saya dalam posisi untuk tahu, tidak ada hal seperti itu,” katanya.
Arab Saudi, Rusia dan beberapa produsen minyak lain baru-baru ini setuju untuk membekukan produksi minyak pada saat ini sebagai langkah mengatasi anjloknya harga minyak sejak musim panas 2014.
(mas)