AS Siap Patroli Bersama Filipina di LCS
A
A
A
MANILA - Dubes Amerika Serikat (AS) untuk Filipina, Philip Goldberg mengatakan, AS bersikap terbuka untuk kemungkinan melakukan patroli Angkatan Laut bersama Filipina di Laut China Selatan (LCS). Ia juga menekankan, AS akan terus melakukan kebebasan navigasi di perairan yang disengketakan tersebut.
Pernyataan ini adalah jawaban atas permintaan Manila untuk melakukan patroli wilayah bersama-sama di LCS. Permintaan itu datang setelah Beijing melakukan tes penerbangan dari Fiery Cross Reef, salah satu dari tiga pulau buatan China di LCS dimana Beijing membangun lapangan udara. (Baca juga: Filipina Desak AS Gelar Patroli Bersama di LCS)
"Kami melakukan pembahasan prinsip dari patroli bersama dengan Filipina dan saya tidak membuang kemungkinan itu," kata Goldberg kepada wartawan seperti dilansir dari Reuters, Rabu (3/2/2016).
"Tapi kita tidak akan membuat pengumuman tentang itu sebelumnya, karena itu adalah pandangan kami bahwa kita punya hak di bawah hukum internasional untuk melaksanakan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan dan kami akan terus melakukannya," sambungnya.
Sebelumnya, Menteri luar negeri dan pertahanan AS dan Filipina telah bertemu di Washington bulan lalu. Pertemuan untuk kedua kalinya ini untuk membahas perdagangan dan keamanan, yang difokuskan di LCS.
China telah mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, di mana lebih dari USD 5 triliun hasil perdagangan dunia berputar di daerah itu setiap tahunnya. Klaim ini pun mendapat tentangan dari Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina dan Taiwan.
Pernyataan ini adalah jawaban atas permintaan Manila untuk melakukan patroli wilayah bersama-sama di LCS. Permintaan itu datang setelah Beijing melakukan tes penerbangan dari Fiery Cross Reef, salah satu dari tiga pulau buatan China di LCS dimana Beijing membangun lapangan udara. (Baca juga: Filipina Desak AS Gelar Patroli Bersama di LCS)
"Kami melakukan pembahasan prinsip dari patroli bersama dengan Filipina dan saya tidak membuang kemungkinan itu," kata Goldberg kepada wartawan seperti dilansir dari Reuters, Rabu (3/2/2016).
"Tapi kita tidak akan membuat pengumuman tentang itu sebelumnya, karena itu adalah pandangan kami bahwa kita punya hak di bawah hukum internasional untuk melaksanakan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan dan kami akan terus melakukannya," sambungnya.
Sebelumnya, Menteri luar negeri dan pertahanan AS dan Filipina telah bertemu di Washington bulan lalu. Pertemuan untuk kedua kalinya ini untuk membahas perdagangan dan keamanan, yang difokuskan di LCS.
China telah mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, di mana lebih dari USD 5 triliun hasil perdagangan dunia berputar di daerah itu setiap tahunnya. Klaim ini pun mendapat tentangan dari Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina dan Taiwan.
(ian)