Presiden Chechnya: Ambisi AS & Turki Cegah Dialog dengan Assad
A
A
A
GROZNY - Ambisi pribadi para pemimpin Turki dan Amerika Serikat (AS) telah mencegah upaya diaolog atau kompromi dengan Presiden Suriah; Bashar Al-Assad untuk mengakhiri konflik di Suriah. Hal itu disampaikan Presiden Chechnya; Ramzan Kadyrov, Selasa (29/12/2015).
”Didorong oleh ambisi pribadi Amerika Serikat dan Turki tidak mencoba untuk menemukan bahasa yang sama dengan Presiden Suriah; Bashar Assad, meskipun jutaan orang menderita di Suriah,” kata Kadyrov pada konferensi pers di Grozny.
”(Presiden Turki Recep Tayyip) Erdogan dan AS mengatakan bahwa tidak akan ada stabilisasi di Suriah selama Assad tetap berkuasa. Begitu banyak orang telah menderita. Seluruh negara yang terletak di sekitar reruntuhan (di Suriah), bahkan jika dunia membantu, itu akan butuh satu dekade untuk membangun kembali Suriah,” lanjut pemimpin Chechnya itu, seperti dikutip Sputnik.
Turki, serta beberapa negara Arab dan Barat tetap menghendaki Bashar Al-Assad lengser dan tidak memiliki tempat dalam masa depan Suriah. Namun, Rusia dan Iran mendukung Assad sebagai otoritas yang sah di Suriah.
Pada tahun 2011, Washington memberlakukan sanksi terhadap Assad dengan harapan dia mengundirkan diri. Tapi, langkah AS itu tidak mempan. Sebaliknya, ketika Suriah menggelar Pemilu Presiden tahun 2014, Assad menang telak dengan meraup 88,7 persen suara.
Meski demikian, perang saudara di Suriah bukannya berhenti tapi justru semakin parah. Terlebih muncul keompok-kelompok radikal seperti ISIS yang melakukan aksi kebrutalan di Suriah.
”Didorong oleh ambisi pribadi Amerika Serikat dan Turki tidak mencoba untuk menemukan bahasa yang sama dengan Presiden Suriah; Bashar Assad, meskipun jutaan orang menderita di Suriah,” kata Kadyrov pada konferensi pers di Grozny.
”(Presiden Turki Recep Tayyip) Erdogan dan AS mengatakan bahwa tidak akan ada stabilisasi di Suriah selama Assad tetap berkuasa. Begitu banyak orang telah menderita. Seluruh negara yang terletak di sekitar reruntuhan (di Suriah), bahkan jika dunia membantu, itu akan butuh satu dekade untuk membangun kembali Suriah,” lanjut pemimpin Chechnya itu, seperti dikutip Sputnik.
Turki, serta beberapa negara Arab dan Barat tetap menghendaki Bashar Al-Assad lengser dan tidak memiliki tempat dalam masa depan Suriah. Namun, Rusia dan Iran mendukung Assad sebagai otoritas yang sah di Suriah.
Pada tahun 2011, Washington memberlakukan sanksi terhadap Assad dengan harapan dia mengundirkan diri. Tapi, langkah AS itu tidak mempan. Sebaliknya, ketika Suriah menggelar Pemilu Presiden tahun 2014, Assad menang telak dengan meraup 88,7 persen suara.
Meski demikian, perang saudara di Suriah bukannya berhenti tapi justru semakin parah. Terlebih muncul keompok-kelompok radikal seperti ISIS yang melakukan aksi kebrutalan di Suriah.
(mas)