Keluarga Muslim Asal Inggris Dilarang Masuk AS

Kamis, 24 Desember 2015 - 15:21 WIB
Keluarga Muslim Asal...
Keluarga Muslim Asal Inggris Dilarang Masuk AS
A A A
LONDON - Satu keluarga Muslim asal Inggris dilaporkan dilarang masuk ke Amerika Serikat (AS). Larangan itu diketahui hanya beberapa menit sebelum mereka bertolak ke AS, untuk menghabiskan liburan di Disney Land.

Mohammad Tariq Mahmood, beserta istri, saudara, dan keenam anaknya tiba-tiba dihadang oleh petugas imigrasi bandara Gatwick ketika mereka hendak menuju pesawat yang akan membawa mereka ke AS. Mahmood kemudia diberitahu bahwa visa mereka ke AS telah dicabut.

Mahmood menuturkan, pihak petugas imigrasi Gatwick tidak memberikan penjelasan mengapa visa yang sudah dia urus beberapa minggu lalu, tiba-tiba saja dibatalkan beberapa menit sebelum terbang ke AS.

"Kami harus terbang pada Selasa pekan lalu dan pesawat kami dijadwalkan terbang pada pukul 00.35. Kami telah diperiksa, dan kami telah memberi sejumlah barang di duty free. Saat itu, kami sedang menunggu dalam antrian di pintu gerbang dan kami sangat dekat untuk masuk ke pesawat," kata Mahmood.

"Kemudian ada sebuah pengumuman yang mengatakan mereka ingin berbicara dengan Mr. Mohammad. Tidak ada orang lain asal Asia atau yang tampak Muslim, jadi saya tahu bahwa orang itu adalah saya. Seorang pria mengatakan dia dari British Border Control dan mengatakan ada yang salah dengan visa kami, dan kami tidak bisa melanjutkan perjalanan," sambungnya.

Dirinya menuturkan, petugas tersebut menuturkan bahwa mereka baru saja mendapat telepon dan Washington DC dan menyatakan bahwa saya tidak bisa naik ke pesawat. "Dirinya tidak mengatakan apa-apa lagi," ucapnya, seperti dilansir Metro pada Kamis (24/12).

Mahmood menyatakan dirinya merasa terhina atas insiden itu. "Kami telah menjalani pemeriksaan latar belakang, melihat rekening kami. Mereka tidak bisa bereaksi seperti itu hanya karena kami adalah Muslim," imbuhnya.

Pria 41 tahun itu menyalahkan Donald Trump asal insiden tersebut. Dia juga meminta ganti rugi kepada pemerintah Inggris atas kerugian yang telah dialaminya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0692 seconds (0.1#10.140)