Sebelum Teror Paris, MI5 Khawatir ISIS Balas Dendam untuk Jihadi John
A
A
A
LONDON - Sejumlah media Inggris melaporkan, beberapa jam sebelum rentetan teror melanda Paris, pihak MI5 telah mengkhawatirkan adanya serangan balas dari ISIS untuk kematian algojonya, Jihadi John alias Mohammed Emwazi.
MI5 telah menyadap komunikasi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang berencana mengambil tindakan atas nama Jihadi John. Algojo ISIS itu diyakini tewas oleh serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat (AS) di Raqqa, Suriah.
Korban tewas dari rentetan teror di Paris dilaporkan telah mencapai 153 orang, termasuk para penyerangnya. Salah satu ahli keamanan mengatakan kepada Telegraph, bahwa kematian Jihadi John bisa dijadikan alasan kelompok ISIS untuk melakukan serangan di Inggris.
(Baca: Rentetan Penembakan Mengerikan Guncang Paris, 140 Orang Tewas)
Saat ini keluarga Emwazi di London mendapat perlindungan ketat. Direktur Studi Keamanan Internasional di Royal United Services Institute (RUSI), Raffaello Pantucci, tidak memungkiri jika kematian algojo ISIS itu bisa memicu lebih banyak “martir”.
“Saya akan lebih khawatir tentang orang-orang yang terinspirasi olehnya daripada diarahkan,” kata Pantucci.
Ahli keamanan lain yang juga dari RUSI, Shashank Joshi, sependapat bahwa kematian Jihadi John akan memicu reaksi para calon “martir”. ”Meskipun ada beberapa calon yang mungkin terhalang oleh prospek kematian yang cepat, ada banyak lagi yang akan melihatnya sebagai bagian integral dari kemartiran,” ujarnya, seperti dikutip Daily Mirror, Sabtu (14/11/2015).
Kemarin, militer AS yakin Jihadi John tewas bersama sahabatnya saat pesawat tanpa awak menyerang sebuah kendaraan di Raqqa, Suriah. Kendaraan itu diyakini ditumpangi Jihadi John.
Juru bicara militer AS, Kolonel Steve Warren, mengatakan pihaknya butuh beberapa waktu untuk mengkonfirmasi kematian algojo ISIS asal Inggris itu.
(Baca: Pejabat AS Bilang 99 Persen Algojo ISIS Jihadi John Tewas)
”Kami tahu pasti sistem senjata yang digunakan mencapai target yang dimaksudkan,” katanya. ”Kita perlu untuk menyelesaikan verifikasi orang-orang yang kami pikir mereka (Jihadi John dan para temannya).”
”Serangan pesawat tak berawak itu menggunakan rudal Hellfire. Bagi kami itu adalah serangan udara cukup rutin. Kami telah membunuh rata-rata para pemimpin ISIS kelas menengah ke atas setiap dua hari sejak Mei, jadi itu cukup rutin,” lanjut Warren.
MI5 telah menyadap komunikasi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang berencana mengambil tindakan atas nama Jihadi John. Algojo ISIS itu diyakini tewas oleh serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat (AS) di Raqqa, Suriah.
Korban tewas dari rentetan teror di Paris dilaporkan telah mencapai 153 orang, termasuk para penyerangnya. Salah satu ahli keamanan mengatakan kepada Telegraph, bahwa kematian Jihadi John bisa dijadikan alasan kelompok ISIS untuk melakukan serangan di Inggris.
(Baca: Rentetan Penembakan Mengerikan Guncang Paris, 140 Orang Tewas)
Saat ini keluarga Emwazi di London mendapat perlindungan ketat. Direktur Studi Keamanan Internasional di Royal United Services Institute (RUSI), Raffaello Pantucci, tidak memungkiri jika kematian algojo ISIS itu bisa memicu lebih banyak “martir”.
“Saya akan lebih khawatir tentang orang-orang yang terinspirasi olehnya daripada diarahkan,” kata Pantucci.
Ahli keamanan lain yang juga dari RUSI, Shashank Joshi, sependapat bahwa kematian Jihadi John akan memicu reaksi para calon “martir”. ”Meskipun ada beberapa calon yang mungkin terhalang oleh prospek kematian yang cepat, ada banyak lagi yang akan melihatnya sebagai bagian integral dari kemartiran,” ujarnya, seperti dikutip Daily Mirror, Sabtu (14/11/2015).
Kemarin, militer AS yakin Jihadi John tewas bersama sahabatnya saat pesawat tanpa awak menyerang sebuah kendaraan di Raqqa, Suriah. Kendaraan itu diyakini ditumpangi Jihadi John.
Juru bicara militer AS, Kolonel Steve Warren, mengatakan pihaknya butuh beberapa waktu untuk mengkonfirmasi kematian algojo ISIS asal Inggris itu.
(Baca: Pejabat AS Bilang 99 Persen Algojo ISIS Jihadi John Tewas)
”Kami tahu pasti sistem senjata yang digunakan mencapai target yang dimaksudkan,” katanya. ”Kita perlu untuk menyelesaikan verifikasi orang-orang yang kami pikir mereka (Jihadi John dan para temannya).”
”Serangan pesawat tak berawak itu menggunakan rudal Hellfire. Bagi kami itu adalah serangan udara cukup rutin. Kami telah membunuh rata-rata para pemimpin ISIS kelas menengah ke atas setiap dua hari sejak Mei, jadi itu cukup rutin,” lanjut Warren.
(mas)