Suu Kyi Sulit Jadi Presiden, Jenderal Diyakini Tak Terima Kalah
A
A
A
YANGON - Pemilu bersejarah yang bebas dan adil di Myanmar dimulai hari ini (8/11/2015) setelah 25 tahun negara itu dipimpin diktator junta militer. Dalam Pemilu bersejarah ini, pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi, tetap sulit menjadi presiden meski partainya, NLD, menang Pemilu sekalipun.
Sebab, konstitusi Myanmar saat ini merupakan produk warisan junta militer yang sudah memutuskan Suu Kyi dilarang menjadi Presiden Myanmar.
Banyak yang berharap partai yang dipimpin Suu Kyi, yaitu Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memenangkan Pemilu Myanmar kali ini. Sekitar 30 juta orang akan memberikan suaranya dalam Pemilu bersejarah tersebut.
Sementara itu, banyak pemilih meragukan bahwa para jenderal yang berkuasa di Myanmar bisa menerima hasil Pemilu kali ini. Partai NLD sudah curiga akan ada kecurangan dalam Pemilu hari ini. Di beberapa daerah, kertas suara Pemilu telah diterbitkan tidak sesuai jumlah pemilih. Sebagai contoh, satu keluarga di Yangon mendapatkan 38 kertas suara Pemilu.
Ketegangan agama juga dikobarkan kelompok Budha radikal yang mengintimidasi kelompik minoritas Muslim Myanmar.
”Saya sudah melakukan sedikit untuk perubahan, untuk muncul dalam demokrasi,” kata Daw Myint, mantan guru berusia 55 tahun yang mengaku memberikan suaranya untuk Partai NLD di Yangon, seperti dikutip Reuters. ”Saya berharap semuanya berjalan dengan baik dalam acara bersejarah ini.”
Mobil Suu Kyi juga tampak di luar tempat pemungutan suara di Yangon, di mana pemenang Nobel berusia 70 tahun itu datang untuk memberikan hak suaranya. Para pengawalnya berteriak agar orang-orang minggir.
Khin Mei Oo, 73, yang memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara yang sama dengan Suu Kyi, yakin bahwa negaranya berada di titik balik. Hanya saja dia khawatir para jenderal tidak bisa menerimanya. ”Saya tidak yakin apakah mereka akan menerima hasil Pemilu,” ujarnya.
Sebab, konstitusi Myanmar saat ini merupakan produk warisan junta militer yang sudah memutuskan Suu Kyi dilarang menjadi Presiden Myanmar.
Banyak yang berharap partai yang dipimpin Suu Kyi, yaitu Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memenangkan Pemilu Myanmar kali ini. Sekitar 30 juta orang akan memberikan suaranya dalam Pemilu bersejarah tersebut.
Sementara itu, banyak pemilih meragukan bahwa para jenderal yang berkuasa di Myanmar bisa menerima hasil Pemilu kali ini. Partai NLD sudah curiga akan ada kecurangan dalam Pemilu hari ini. Di beberapa daerah, kertas suara Pemilu telah diterbitkan tidak sesuai jumlah pemilih. Sebagai contoh, satu keluarga di Yangon mendapatkan 38 kertas suara Pemilu.
Ketegangan agama juga dikobarkan kelompok Budha radikal yang mengintimidasi kelompik minoritas Muslim Myanmar.
”Saya sudah melakukan sedikit untuk perubahan, untuk muncul dalam demokrasi,” kata Daw Myint, mantan guru berusia 55 tahun yang mengaku memberikan suaranya untuk Partai NLD di Yangon, seperti dikutip Reuters. ”Saya berharap semuanya berjalan dengan baik dalam acara bersejarah ini.”
Mobil Suu Kyi juga tampak di luar tempat pemungutan suara di Yangon, di mana pemenang Nobel berusia 70 tahun itu datang untuk memberikan hak suaranya. Para pengawalnya berteriak agar orang-orang minggir.
Khin Mei Oo, 73, yang memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara yang sama dengan Suu Kyi, yakin bahwa negaranya berada di titik balik. Hanya saja dia khawatir para jenderal tidak bisa menerimanya. ”Saya tidak yakin apakah mereka akan menerima hasil Pemilu,” ujarnya.
(mas)