Perangi ISIS, Putin Siap Gandeng Taliban
A
A
A
MOSKOW - Sebuah sumber yang dekat dengan pemerintah Rusia mengatakan, Presiden Vladimir Putin siap bekerjasama dengan Taliban untuk memerangi ISIS. Putin bahkan dikabarkan siap memberikan bantuan senjata kepada Taliban.
Sang sumber mengatakan, Putin ingin meminta dukungan dari panglima perang Taliban guna membantunya melenyapkan ISIS. Imbalannya, Putin akan memasok senjata untuk Taliban dan akan memberikan dukungan secara internasional agar Taliban kembali berkuasa di negara itu seperti dikutip dari laman Express, Selasa (27/10/2015).
Menurut sang sumber, pejabat dari Moskow telah bertemu dengan pemimpin senior Taliban untuk membahas kemungkinan terbentuknya aliansi tersebut. Pembicaraan itu telah berlangsung selama dua tahun dan digagas oleh Rusia.
"Sikap global Amerika Serikat (AS) dan ancaman ISIS telah menyatukan Taliban dengan kepentingan Rusia, dan kita tidak bisa mengesampingkan kerjasama lebih lanjut, tergantung pada skenario yang muncul di Timur Tengah," ujar seorang mantan Gubernur Taliban dan anggota komite militer kelompok militan tersebut.
Jika memang nantinya terbentuk, aliansi Rusia dan Taliban ini adalah sebuah kejutan mengingat keduanya sempat terlibat perang yang sengit pada medio 1980-an kala Moskow mencoba menduduki Afghanistan.
Sebelumnya dikabarkan Rusia telah mengirim pasukan khusus mereka, Spetsnaz, untuk memburu anggota ISIS. Selain itu, Putin sempat mengisyaratkan kemungkinan untuk mengirimkan 150.000 tentara reguler untuk menyerang dan menghancurkan ibukota ISIS, Raqqa.
Sang sumber mengatakan, Putin ingin meminta dukungan dari panglima perang Taliban guna membantunya melenyapkan ISIS. Imbalannya, Putin akan memasok senjata untuk Taliban dan akan memberikan dukungan secara internasional agar Taliban kembali berkuasa di negara itu seperti dikutip dari laman Express, Selasa (27/10/2015).
Menurut sang sumber, pejabat dari Moskow telah bertemu dengan pemimpin senior Taliban untuk membahas kemungkinan terbentuknya aliansi tersebut. Pembicaraan itu telah berlangsung selama dua tahun dan digagas oleh Rusia.
"Sikap global Amerika Serikat (AS) dan ancaman ISIS telah menyatukan Taliban dengan kepentingan Rusia, dan kita tidak bisa mengesampingkan kerjasama lebih lanjut, tergantung pada skenario yang muncul di Timur Tengah," ujar seorang mantan Gubernur Taliban dan anggota komite militer kelompok militan tersebut.
Jika memang nantinya terbentuk, aliansi Rusia dan Taliban ini adalah sebuah kejutan mengingat keduanya sempat terlibat perang yang sengit pada medio 1980-an kala Moskow mencoba menduduki Afghanistan.
Sebelumnya dikabarkan Rusia telah mengirim pasukan khusus mereka, Spetsnaz, untuk memburu anggota ISIS. Selain itu, Putin sempat mengisyaratkan kemungkinan untuk mengirimkan 150.000 tentara reguler untuk menyerang dan menghancurkan ibukota ISIS, Raqqa.
(ian)