Empat Negara Bahas Solusi Politik untuk Suriah
A
A
A
WINA - Amerika Serikat (AS), Rusia, Turki, dan Arab Saudi memulai pertemuan untuk mencari solusi politik untuk mengakhiri perang saudara di Suriah. Perbedaan pendapat antara AS dan Rusia terkait nasib Presiden Suriah, Bashar al-Assad akan menjadi pusat perhatian.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kemajuan untuk mengakhiri konflik di Suriah saat Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Mereka pun akhirnya mengadakan pertemuan untuk melakukan pembicaraan empat arah dengan Arab Saudi dan Turki, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (23/10/2015).
Sebelumnya, Kerry dengan tegas mengatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad adalah kendala utama untuk menyelesaikan konflik yang telah mendorong sekitar empat juta warga Suriah mengungsi ke Turki, Yordania, dan Irak.
"Satu hal yang berdiri di jalan untuk bisa secepatnya bergerak untuk melaksanakan itu (perdamaian) adalah orang yang disebut Assad, Bashar al-Assad," kata Kerry saat bersua dengan koleganya asal Jerman, Frank-Walter Steinmeier, di Berlin beberapa waktu lalu.
Sedangkan di Moskow, juru bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov menyarankan agar Presiden Bashar al-Assad menjadi pusat terhadap proses apa pun. Rusia menilai hal itu bersinggungan langsung dengan tugas dasarnya sebagai seorang kepala negara untuk mengungkapkan faksi politik yang ada di Suriah.
"Hal ini untuk membedakan oposisi moderat dengan organisasi teroris dan ekstrimis," katanya kepada wartawan di Moskow.
Dalam pembicaraan di Wina ini, turut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir dan Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioglu. Kedua negara ini mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda dengan AS.
Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kemajuan untuk mengakhiri konflik di Suriah saat Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Mereka pun akhirnya mengadakan pertemuan untuk melakukan pembicaraan empat arah dengan Arab Saudi dan Turki, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (23/10/2015).
Sebelumnya, Kerry dengan tegas mengatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad adalah kendala utama untuk menyelesaikan konflik yang telah mendorong sekitar empat juta warga Suriah mengungsi ke Turki, Yordania, dan Irak.
"Satu hal yang berdiri di jalan untuk bisa secepatnya bergerak untuk melaksanakan itu (perdamaian) adalah orang yang disebut Assad, Bashar al-Assad," kata Kerry saat bersua dengan koleganya asal Jerman, Frank-Walter Steinmeier, di Berlin beberapa waktu lalu.
Sedangkan di Moskow, juru bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov menyarankan agar Presiden Bashar al-Assad menjadi pusat terhadap proses apa pun. Rusia menilai hal itu bersinggungan langsung dengan tugas dasarnya sebagai seorang kepala negara untuk mengungkapkan faksi politik yang ada di Suriah.
"Hal ini untuk membedakan oposisi moderat dengan organisasi teroris dan ekstrimis," katanya kepada wartawan di Moskow.
Dalam pembicaraan di Wina ini, turut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir dan Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioglu. Kedua negara ini mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda dengan AS.
(ian)