Australia: Koalisi AS Tak Butuh Jet Rusia untuk Tumpas ISIS
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah Australia menyatakan, koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tidak memerlukan bantuan pesawat-pesawat jet tempur Rusia untuk menumpas ISIS di Suriah. Hal itu disampaikan Duta Besar Australia untuk Rusia, Paul Myler.
”Koalisi yang dipimpin AS tidak perlu pesawat Rusia untuk menyerang target Daesh (ISIS) jika kita menemukan target,” kata Myler kepada RIA Novosti dalam sebuah wawancara yang dilansir Jumat (16/10/2015).
Menurut Duta Besar Australia tersebut, koalisi AS tidak merasa perlu untuk berbagi data inteleijen dengan Rusia terkait lokasi para militan ISIS di Suriah.
”Ada sebuah operasi di sana dengan sejumlah besar negara yang terlibat, yang secara aktif menargetkan Daesh, menghabiskan banyak waktu dan berusaha mendapatkan data intelijen terkait target,” kata Myler.
“Dan menjadi sangat berhati-hati tentang aturan kami soal keterlibatan dalam menargetkan mereka, kami menjadi sangat berhati-hati tentang risiko jatuhnya korban sipil. Jadi, terus terang, ketika kita menemukan target Daesh secara baik, kami akan menyerang untuk diri kita sendiri,” ujar diplomat Australia itu.
Koalisi yang dipimpin AS itu telah melakukan operasi militer untuk menumpas ISIS di Suriah dan Irak sejak 2014. Namun, banyak pihak terutama Rusia merasa aneh, mengapa selama setahun beraksi, hasil yang diperoleh koalisi AS tidak signifikan.
Menurut catatan Washington Post, sejak awal operasi militer koalisi yang dipimpin AS telah meluncurkan lebih dari 7.300 serangan udara terhadap kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah. Namun, ISIS justru memperluas wilayah kekuasaannya di Irak dan Suriah.
”Koalisi yang dipimpin AS tidak perlu pesawat Rusia untuk menyerang target Daesh (ISIS) jika kita menemukan target,” kata Myler kepada RIA Novosti dalam sebuah wawancara yang dilansir Jumat (16/10/2015).
Menurut Duta Besar Australia tersebut, koalisi AS tidak merasa perlu untuk berbagi data inteleijen dengan Rusia terkait lokasi para militan ISIS di Suriah.
”Ada sebuah operasi di sana dengan sejumlah besar negara yang terlibat, yang secara aktif menargetkan Daesh, menghabiskan banyak waktu dan berusaha mendapatkan data intelijen terkait target,” kata Myler.
“Dan menjadi sangat berhati-hati tentang aturan kami soal keterlibatan dalam menargetkan mereka, kami menjadi sangat berhati-hati tentang risiko jatuhnya korban sipil. Jadi, terus terang, ketika kita menemukan target Daesh secara baik, kami akan menyerang untuk diri kita sendiri,” ujar diplomat Australia itu.
Koalisi yang dipimpin AS itu telah melakukan operasi militer untuk menumpas ISIS di Suriah dan Irak sejak 2014. Namun, banyak pihak terutama Rusia merasa aneh, mengapa selama setahun beraksi, hasil yang diperoleh koalisi AS tidak signifikan.
Menurut catatan Washington Post, sejak awal operasi militer koalisi yang dipimpin AS telah meluncurkan lebih dari 7.300 serangan udara terhadap kelompok militan ISIS di Irak dan Suriah. Namun, ISIS justru memperluas wilayah kekuasaannya di Irak dan Suriah.
(mas)