Saudi: Assad Operator Mesin Pembunuh, Dunia Bungkam
A
A
A
NEW YORK - Arab Saudi menuduh Presiden Suriah, Bashar al-Assad, sebagai operator mesin pembunuh terhadap rakyatnya. Saudi menyesalkan bungkamnya dunia atas tindakan rezim Assad yang dianggap sebagai bencana kemanusiaan terburuk era saat ini.
Tuduhan dari Saudi itu dilontarkan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, dalam pidatonya di depan Majelis Umum PBB, hari Kamis waktu New York.”Tidak ada solusi lain kecuali (menjalankan) kesepakatan politik Jenewa I soal Suriah,” katanya.
Konflik di Suriah yang sudah memasuki tahun kelima, kata Jubeir, merupakan konflik tragis. ”Namun, masyarakat internasional terus-menerus tidak dapat menyelamatkan rakyat Suriah dari mesin pembunuh yang sedang dioperasikan oleh Bashar al-Assad,” ucapnya, seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (2/10/2015).
Jubeir menambahkan bahwa tidak ada tempat untuk Bashar al-Assad dalam fase transisi di masa depan Suriah.
Diplomat tertinggi Saudi tersebut dalam pidatonya juga membicarakan nasib Palestina. Menurutnya, rakyat Palestina berhak untuk hidup bermartabat. Dia mendesak adanya tindakan akhir yang sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan relevan dengan Inisiatif Perdamaian Arab.
Jubeir juga menyinggung krisis Yaman. Dia menegaskan bahwa intervensi militer koalisi Teluk yang dipimpin Saudi di Yaman untuk memerangi pemberontak Houthi atas permintaaan Pemerintah Yaman. Menurutnya, pemulihan Pemerintah Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi merupakan langkah besar untuk mewujudkan stabilitas di Yaman.
Tuduhan dari Saudi itu dilontarkan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, dalam pidatonya di depan Majelis Umum PBB, hari Kamis waktu New York.”Tidak ada solusi lain kecuali (menjalankan) kesepakatan politik Jenewa I soal Suriah,” katanya.
Konflik di Suriah yang sudah memasuki tahun kelima, kata Jubeir, merupakan konflik tragis. ”Namun, masyarakat internasional terus-menerus tidak dapat menyelamatkan rakyat Suriah dari mesin pembunuh yang sedang dioperasikan oleh Bashar al-Assad,” ucapnya, seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (2/10/2015).
Jubeir menambahkan bahwa tidak ada tempat untuk Bashar al-Assad dalam fase transisi di masa depan Suriah.
Diplomat tertinggi Saudi tersebut dalam pidatonya juga membicarakan nasib Palestina. Menurutnya, rakyat Palestina berhak untuk hidup bermartabat. Dia mendesak adanya tindakan akhir yang sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan relevan dengan Inisiatif Perdamaian Arab.
Jubeir juga menyinggung krisis Yaman. Dia menegaskan bahwa intervensi militer koalisi Teluk yang dipimpin Saudi di Yaman untuk memerangi pemberontak Houthi atas permintaaan Pemerintah Yaman. Menurutnya, pemulihan Pemerintah Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi merupakan langkah besar untuk mewujudkan stabilitas di Yaman.
(mas)