Ribut di Kutub Utara, Babak Baru Seteru AS dan Rusia

Rabu, 02 September 2015 - 09:20 WIB
Ribut di Kutub Utara,...
Ribut di Kutub Utara, Babak Baru Seteru AS dan Rusia
A A A
MOSKOW - Perseteruan Rusia dan Amerika Serikat (AS) memasuki babak baru, di mana kedua negara itu mulai terlibat “keributan” untuk berebut pengaruh di Kutub Utara atau Arktik.

AS mulai terusik dengan Rusia yang membangun kembali pangkalan militer era Soviet di wilayah kaya minyak dan gas alam itu.

Presiden AS, Barack Obama, menginginkan militer AS melakukan navigasi di wilayah Arktik, di mana Rusia dan China telah mematok perbatasan wilayah baru. Fox News pada Selasa (1/9/2015) menulis Rusia dapat mempersiapkan “Perang Es” dan Pentagon akan meresponnya.

Sekitar 40 persen dari cadangan minyak dan gas alam di dunia berada di Arktik. Pencairan lapiran es di Kutub Utara itu juga akan menyebabkan rute pelayaran baru, di mana Rusia ingin membangun jalur semacam “Terusan Suez” seperti yang dilakukan Mesir di kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Pada Maret lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah memerintahkan militernya melakukan latihan perang besar-besaran di Arktik untuk menandai setahun aneksasi Rusia terhadap Crimea setelah lepas dari Ukraina. Sekitar 40 ribu tentara, puluhan kapal perang dan kapal selam Rusiadikerahkan dalam latihan perang tersebut.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, dalam forum American Legionkembali memperingatkan Rusia. ”Kami tidak berusaha untuk membuat Rusia menjadi musuh,” katanya.

“Tapi jangan salah, ketika Vladimir Putin berniat mengubah jam kembali di Rusia, ia tidak bisa memutar balik waktu di Eropa. Kami akan membela sekutu kami,” katanya lagi.

Sedangkan Menteri Ekonomi Rusia, Alexey Ulyukaev, menjelaskan pentingnya Arktik bagi Rusia. ”Bagi kami, Arktik adalah sumber daya mineral, transportasi, dan satu hal juga tidak boleh lupa tentang ikan dan produk laut serta sumber bio energi. Potensi di sini sangat besar,” kata Ulyukaev.

Setelah Rusia terlibat konflik dengan Ukraina yang dibela AS, Rusia menarik diri dari keanggotaan Dewan Arktik, di mana konsorsium di dewan itu terdiri dari delapan negara yang mencakup AS.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan AS khawatir dengan sepak terjang militer Rusia di Arktik. ”Kami memiliki keprihatinan khusus tentang Rusia, saya akan mengatakan bahwa kami memiliki kekhawatiran tentang bagaimana militer (Rusia) melakukannya sendiri di Kutub Utara, tapi apakah itu semua untuk Arktik? anggota Dewan (Arktik) akan membahas.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1135 seconds (0.1#10.140)