Chad Melarang Burqa usai Bom Bunuh Diri Renggut 33 Jiwa
A
A
A
NDJAMENA - Pemerintah Chad, negara di Afrika Tengah, telah melarang setiap warga, termasuk yang beragama Islam mengenakan burqa. Larangan itu diumumkan setelah terjadi serangan bom bunuh diri di sebuah pasar yang merenggut 33 jiwa.
Pemerintah Chad menuduh pelakunya militan Boko Haram yang menyamar dengan mengenakan burqa. ”Mengenakan burqa harus segera dihentikan mulai hari ini, tidak hanya di tempat-tempat umum dan sekolah-sekolah tetapi di seluruh negara,” kata Perdana Menteri Chad, Kalzeube Pahimi Deubet, dalam pidato di hadapan para pemimpin agama pada Rabu lalu atau sehari sebelum bulan Ramadan.
Para pemimpin agama diperintahkan untuk menyebarkan pengumuman itu di masjid-masjid, gereja-gereja dan berbagai tempat suci lain. Menurut Pemerintah Chad, burqa, jenis pakaian yang hanya memperlihatkan mata dianggap bentuk pakaian “kamuflase”.
Deubet mengatakan instruksi juga telah diberikan kepada pasukan keamanan. “Untuk pergi ke pasar dan menyita semua burqa yang dijual dan dibakar,” ujarnya. “Siapapun yang ditemukan mengenakan burqa akan ditangkap, diadili dan dihukum,” lanju dia, seperti dilansir news.com.au, Jumat (19/6/2015).
Serangan bom bunuh diri di pasar itu terjadi pada Senin lalu di wilayah Ibu Kota Chad. Wilayah yang berbatasan dengan Nigeria itu didominasi warga Muslim.
Pemerintah Chad sudah mengumumkan tiga hari berkabung nasional atas serangan bom bunuh diri yang menewaskan 33 orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya.
Presiden Chad, Idriss Deby, mengaku tidak kaget jika negaranya ikut jadi target serangan bom. Sebab, tentara Chad ikut terlibat dalam memerangi militan Boko Haram.
Militer Chad telah bersumpah mengejar Boko Haram tanpa ampun sehingga tidak ada lagi setetes darah tumpah di Chad. ”Menanggapi tindakan pengecut dan biadab yang dilakukan oleh teroris Boko Haram, angkatan bersenjata melakukan serangan balasan udara pada posisi teroris di wilayah Nigeria,” bunyi pernyataan militer Chad.
Pemerintah Chad menuduh pelakunya militan Boko Haram yang menyamar dengan mengenakan burqa. ”Mengenakan burqa harus segera dihentikan mulai hari ini, tidak hanya di tempat-tempat umum dan sekolah-sekolah tetapi di seluruh negara,” kata Perdana Menteri Chad, Kalzeube Pahimi Deubet, dalam pidato di hadapan para pemimpin agama pada Rabu lalu atau sehari sebelum bulan Ramadan.
Para pemimpin agama diperintahkan untuk menyebarkan pengumuman itu di masjid-masjid, gereja-gereja dan berbagai tempat suci lain. Menurut Pemerintah Chad, burqa, jenis pakaian yang hanya memperlihatkan mata dianggap bentuk pakaian “kamuflase”.
Deubet mengatakan instruksi juga telah diberikan kepada pasukan keamanan. “Untuk pergi ke pasar dan menyita semua burqa yang dijual dan dibakar,” ujarnya. “Siapapun yang ditemukan mengenakan burqa akan ditangkap, diadili dan dihukum,” lanju dia, seperti dilansir news.com.au, Jumat (19/6/2015).
Serangan bom bunuh diri di pasar itu terjadi pada Senin lalu di wilayah Ibu Kota Chad. Wilayah yang berbatasan dengan Nigeria itu didominasi warga Muslim.
Pemerintah Chad sudah mengumumkan tiga hari berkabung nasional atas serangan bom bunuh diri yang menewaskan 33 orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya.
Presiden Chad, Idriss Deby, mengaku tidak kaget jika negaranya ikut jadi target serangan bom. Sebab, tentara Chad ikut terlibat dalam memerangi militan Boko Haram.
Militer Chad telah bersumpah mengejar Boko Haram tanpa ampun sehingga tidak ada lagi setetes darah tumpah di Chad. ”Menanggapi tindakan pengecut dan biadab yang dilakukan oleh teroris Boko Haram, angkatan bersenjata melakukan serangan balasan udara pada posisi teroris di wilayah Nigeria,” bunyi pernyataan militer Chad.
(mas)