Hizbullah Nilai Tak Ada Akhir untuk Perang di Suriah
Jum'at, 22 Mei 2015 - 17:57 WIB

Hizbullah Nilai Tak Ada Akhir untuk Perang di Suriah
A
A
A
BEIRUT - Kelompok Hizbullah Libanon menilai tidak ada akhir untuk perang di Suriah. Sekutu Presiden Suriah, Bashar al-Assad itu khawatir nasib Timur Tengah akan semakin terpecah belah.
Wakil Pemimpin Hizbullah Libanon, Naim Qassem, mengatakan bahwa, para pemberontak di Suriah tidak akan mampu menggulingkan pemerintah Assad, meskipun saat ini para pemberontak termasuk kelompok militan radikal memperoleh kemajuan, salah satunya ISIS yang telah merebut kota kuno Palmyra di Suriah.
Qassem mengatakan butuh waktu yang lama untuk memulihkan Suriah seperti dulu.”Tidak akan ada solusi untuk perang Suriah tanpa Assad, dan sudah waktunya bagi orang-orang Arab dan dunia untuk menyadari hal itu,” katanya dalam wawancara dengan Reuters di kantor Hizbullah, di Beirut, yang dilansir Jumat (22/5/2015).
Hizbullah telah menjadi sekutu Assad selama perang melanda negara itu empat tahun terakhir ini. Hizbullah telah mengerahkan banyak pasukannya untuk menolong Presiden Assad mempertahankan wilayah Suriah dari serbuan pemberontak.
Di bagian lain, Hizbullah mengecam kebijakan Arab Saudi termasuk dalam konflik di Yaman. Menurut Qassem, Riyadh telah menerapkan standar ganda, karena mendukung kelompok radikal Sunni di Timur Tengah namun menekan kelompok itu di dalam negerinya.
Dia juga menyalahkan Amerika Serikat yang mengadopsi kebijakan yang tidak jelas di Timur Tengah. Saudi sendiri telah membantah mendukung kelompok radikal Sunni dan menuduh balik Iran dengan memperluas pengaruhnya untuk menciptakan ketidakstabilan di Timur Tengah.
”Kawasan ini sedang terbakar pada saat ini, tegang, tanpa solusi yang diusulkan. Sepertinya ini akan terus berlanjut selama beberapa tahun, dan ada juga risiko perpecahan di beberapa negara,” kata Qassem menggambarkan kondisi Timur Tengah.
Wakil Pemimpin Hizbullah Libanon, Naim Qassem, mengatakan bahwa, para pemberontak di Suriah tidak akan mampu menggulingkan pemerintah Assad, meskipun saat ini para pemberontak termasuk kelompok militan radikal memperoleh kemajuan, salah satunya ISIS yang telah merebut kota kuno Palmyra di Suriah.
Qassem mengatakan butuh waktu yang lama untuk memulihkan Suriah seperti dulu.”Tidak akan ada solusi untuk perang Suriah tanpa Assad, dan sudah waktunya bagi orang-orang Arab dan dunia untuk menyadari hal itu,” katanya dalam wawancara dengan Reuters di kantor Hizbullah, di Beirut, yang dilansir Jumat (22/5/2015).
Hizbullah telah menjadi sekutu Assad selama perang melanda negara itu empat tahun terakhir ini. Hizbullah telah mengerahkan banyak pasukannya untuk menolong Presiden Assad mempertahankan wilayah Suriah dari serbuan pemberontak.
Di bagian lain, Hizbullah mengecam kebijakan Arab Saudi termasuk dalam konflik di Yaman. Menurut Qassem, Riyadh telah menerapkan standar ganda, karena mendukung kelompok radikal Sunni di Timur Tengah namun menekan kelompok itu di dalam negerinya.
Dia juga menyalahkan Amerika Serikat yang mengadopsi kebijakan yang tidak jelas di Timur Tengah. Saudi sendiri telah membantah mendukung kelompok radikal Sunni dan menuduh balik Iran dengan memperluas pengaruhnya untuk menciptakan ketidakstabilan di Timur Tengah.
”Kawasan ini sedang terbakar pada saat ini, tegang, tanpa solusi yang diusulkan. Sepertinya ini akan terus berlanjut selama beberapa tahun, dan ada juga risiko perpecahan di beberapa negara,” kata Qassem menggambarkan kondisi Timur Tengah.
(mas)