AS dan Saudi Bantah Keretakan Hubungan
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi membantah hubungan kedua negara itu retak setelah Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz menolak undangan Presiden Barack Obama di Camp David, kemarin.
Obama sebelumnya mengundang enam pemimpin negara-negara Teluk untuk menghadiri KTT di tempat istirahat Kepresidenan AS, Camp David. Namun, Raja Salman menolak hadir dan mengutus putra mahkota Saudi, Mohammed Nayef. (Baca: Raja Saudi Tolak Undangan Obama)
Penolakan undangan Obama oleh Raja Salman itu terjadi di tengah kemajuan negosiasi nuklir antara AS dan Iran. Sedangkan Saudi selama ini bersikeras menentang program nuklir Iran karena dianggap bisa memicu destabilisasi seluruh wilayah Timur Tengah.
”Hal ini tidak berhubungan dengan cara apapun dan bentuk perselisihan apa pun antara kedua negara,” kata Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir. Menurutnya, Raja Salman tak bisa hadir memenuhi undangan Obama karena sedang menangani krisis Yaman.
“Saya pikir keliru memaknainya karena raja benar-benar tidak bisa hadir. (Putra mahkota Saudi) ini adalah delegasi tingkat yang sangat tinggi. Ini benar-benar orang yang tepat untuk mewakili Kerajaan,” ujar dia, seperti dilansir AFP, Selasa (12/5/2015).
Sementara itu, Gedung Putih mengatakan bahwa Obama dan Raja Salman telah berbicara melalui telepon, untuk meredam spekulasi keretakan hubungan kedua negara.
“Raja Salman menelepon Obama hari ini untuk mengekspresikan penyesalannya, karena tidak dapat melakukan perjalanan ke Washington,” bunyi peryataan Gedung Putih.”Kedua pemimpin menekankan kekuatan kemitraan kedua negara, berdasarkan kepentingan bersama dan komitmen terhadap stabilitas dan kemakmuran kawasan ini.”
Obama sebelumnya mengundang enam pemimpin negara-negara Teluk untuk menghadiri KTT di tempat istirahat Kepresidenan AS, Camp David. Namun, Raja Salman menolak hadir dan mengutus putra mahkota Saudi, Mohammed Nayef. (Baca: Raja Saudi Tolak Undangan Obama)
Penolakan undangan Obama oleh Raja Salman itu terjadi di tengah kemajuan negosiasi nuklir antara AS dan Iran. Sedangkan Saudi selama ini bersikeras menentang program nuklir Iran karena dianggap bisa memicu destabilisasi seluruh wilayah Timur Tengah.
”Hal ini tidak berhubungan dengan cara apapun dan bentuk perselisihan apa pun antara kedua negara,” kata Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir. Menurutnya, Raja Salman tak bisa hadir memenuhi undangan Obama karena sedang menangani krisis Yaman.
“Saya pikir keliru memaknainya karena raja benar-benar tidak bisa hadir. (Putra mahkota Saudi) ini adalah delegasi tingkat yang sangat tinggi. Ini benar-benar orang yang tepat untuk mewakili Kerajaan,” ujar dia, seperti dilansir AFP, Selasa (12/5/2015).
Sementara itu, Gedung Putih mengatakan bahwa Obama dan Raja Salman telah berbicara melalui telepon, untuk meredam spekulasi keretakan hubungan kedua negara.
“Raja Salman menelepon Obama hari ini untuk mengekspresikan penyesalannya, karena tidak dapat melakukan perjalanan ke Washington,” bunyi peryataan Gedung Putih.”Kedua pemimpin menekankan kekuatan kemitraan kedua negara, berdasarkan kepentingan bersama dan komitmen terhadap stabilitas dan kemakmuran kawasan ini.”
(mas)