AS dan China di Ambang Perang, Indonesia Netral
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dan China di ambang perang atau konfrontasi di Laut China Selatan setelah kapal perang AS, USS Lassen yang patroli di dekat pulau buatan Beijing, dibayangi dua kapal perang China. Indonesia sendiri menegaskan posisinya sebagai pihak yang netral dalam konflik Laut China Selatan.
Sikap Indonesia itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berbicara di Washington, beberapa jam setelah kapal perang AS berlayar mendekati pulau buatan China di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan. (Baca juga: Di Ambang Konfrontasi, Kapal Perang AS Diintai 2 Kapal Perang China)
Jokowi telah melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Barack Obama di Gedung Putih. Indonesia, kata Jokowi, mendukung kebebasan navigasi tetapi dia menekankan posisi Indonesia sebagai negara netral.
”Indonesia bukan pihak yang bersengketa, tapi kami memiliki kepentingan yang sah dalam perdamaian dan stabilitas di sana,” kata Presiden Jokowi, seperti dikutip news.com.au, Rabu (28/10/2015).
”Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menahan diri dari tindakan yang dapat merusak kepercayaan yang menempatkan pada risiko perdamaian dan stabilitas kawasan,” lanjut Jokowi.
Sikap Indonesia itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berbicara di Washington, beberapa jam setelah kapal perang AS berlayar mendekati pulau buatan China di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan. (Baca juga: Di Ambang Konfrontasi, Kapal Perang AS Diintai 2 Kapal Perang China)
Jokowi telah melakukan pertemuan dengan Presiden AS, Barack Obama di Gedung Putih. Indonesia, kata Jokowi, mendukung kebebasan navigasi tetapi dia menekankan posisi Indonesia sebagai negara netral.
”Indonesia bukan pihak yang bersengketa, tapi kami memiliki kepentingan yang sah dalam perdamaian dan stabilitas di sana,” kata Presiden Jokowi, seperti dikutip news.com.au, Rabu (28/10/2015).
”Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menahan diri dari tindakan yang dapat merusak kepercayaan yang menempatkan pada risiko perdamaian dan stabilitas kawasan,” lanjut Jokowi.
(mas)