Slovenia Desak Serbia-Kosovo Gelar Pembicaraan Normalisasi
loading...
A
A
A
PRISTINA - Menteri Luar Negeri Slovenia , Tanja Fajon, mendesak Serbia dan Kosovo untuk memulai negosiasi normalisasi sesegera mungkin. Pernyataan disampaikan pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Kosovo Donika Gervalla-Schwarz saat berkunjung ke Ibu Kota Pristina.
"Kosovo harus melakukan upaya aktif untuk menormalkan hubungan. Kosovo dan Serbia harus mendiskusikan proposal UE (Uni Eropa) untuk normalisasi penuh hubungan dan memulai negosiasi sehingga ketegangan di utara Kosovo tidak meningkat," kata Fajon seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (17/1/2023).
Dia menambahkan bahwa Slovenia harus bekerja sama dengan Kosovo di banyak bidang seperti sumber daya energi, pengelolaan air dan limbah.
Gervalla-Schwarz sendiri mengatakan bahwa Slovenia adalah salah satu pendukung utama masuknya negara-negara Balkan ke dalam UE.
“Wilayah kita berada pada tahap berbahaya. Kita harus menghadapi kenyataan baru ini, karena jika kita tidak bereaksi, situasi kita bisa menjadi lebih serius,” tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada bulan Oktober mengatakan bahwa Jerman dan Prancis menawarkan untuk mempercepat proses keanggotaan Serbia di UE jika mengakui kemerdekaan Kosovo.
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada tahun 2008, dengan sebagian besar negara anggota PBB termasuk AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Turki mengakuinya sebagai negara otonom yang terpisah dari tetangganya. Tapi Beograd terus menganggapnya sebagai wilayahnya.
Brussels telah memfasilitasi dialog Serbia-Kosovo, yang dirancang untuk meredakan ketegangan dan menyelesaikan masalah, salah satu persyaratan untuk keanggotaan penuh UE.
"Kosovo harus melakukan upaya aktif untuk menormalkan hubungan. Kosovo dan Serbia harus mendiskusikan proposal UE (Uni Eropa) untuk normalisasi penuh hubungan dan memulai negosiasi sehingga ketegangan di utara Kosovo tidak meningkat," kata Fajon seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (17/1/2023).
Dia menambahkan bahwa Slovenia harus bekerja sama dengan Kosovo di banyak bidang seperti sumber daya energi, pengelolaan air dan limbah.
Gervalla-Schwarz sendiri mengatakan bahwa Slovenia adalah salah satu pendukung utama masuknya negara-negara Balkan ke dalam UE.
“Wilayah kita berada pada tahap berbahaya. Kita harus menghadapi kenyataan baru ini, karena jika kita tidak bereaksi, situasi kita bisa menjadi lebih serius,” tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Serbia Aleksandar Vucic pada bulan Oktober mengatakan bahwa Jerman dan Prancis menawarkan untuk mempercepat proses keanggotaan Serbia di UE jika mengakui kemerdekaan Kosovo.
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada tahun 2008, dengan sebagian besar negara anggota PBB termasuk AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Turki mengakuinya sebagai negara otonom yang terpisah dari tetangganya. Tapi Beograd terus menganggapnya sebagai wilayahnya.
Brussels telah memfasilitasi dialog Serbia-Kosovo, yang dirancang untuk meredakan ketegangan dan menyelesaikan masalah, salah satu persyaratan untuk keanggotaan penuh UE.
(ian)