Nepal Akan Kirim FDR Yeti Airlines ke Prancis
loading...
A
A
A
POKHARA - Pihak berwenang Nepal mulai mengembalikan jenazah para korban pesawat Yeti Airlines yang yang jatuh pada Minggu lalu. Mereka juga akan mengirim perekam data pesawat yang nahas itu ke Prancis untuk dianalisis untuk mengetahui penyebab kecelakaan paling mematikan di negara itu dalam 30 tahun.
Pesawat Yeti Airlines jatuh ke ngarai pada hari Minggu kemarin saat hendak mendarat di Bandara Internasional Pokhara yang baru dibuka di kaki pegunungan Himalaya, menewaskan sedikitnya 70 dari 72 orang di dalamnya.
Tim penyelamat berhasil menemukan perekam suara kokpit pesawat dan perekam data penerbangan (FDR) pada hari Senin, dan menyisir puing-puing yang tersebar di ngarai sedalam 300 meter untuk mencari korban hilang, tetapi diduga tewas.
Perkembangan terbaru menunjukkan satu mayat ditemukan pada hari ini, Selasa (17/1/2023), dan dua masih hilang.
Juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal, Jagannath Niraula, mengatakan perekam suara kokpit akan dianalisis secara lokal, tetapi FDR akan dikirim ke Prancis. Produsen pesawat, ATR, berkantor pusat di Toulouse. Badan Investigasi Kecelakaan Udara Prancis mengonfirmasi pihaknya ikut serta dalam penyelidikan, dan para penyelidiknya berada di lokasi hari ini.
Pesawat ATR 72-500 bermesin ganda, dioperasikan oleh Yeti Airlines Nepal, menyelesaikan penerbangan 27 menit dari Ibu Kota, Kathmandu, ke kota resor Pokhara yang berjarak 200 kilometer sebelah barat.
Masih belum jelas apa penyebab kecelakaan itu, yang terjadi kurang dari satu menit penerbangan dari bandara dengan angin sepoi-sepoi dan langit cerah.
Pria yang mengambil rekaman smartphone dari penurunan pesawat mengatakan itu tampak seperti pendaratan normal sampai pesawat tiba-tiba berbelok ke kiri.
“Saya lihat itu dan saya kaget… Saya kira hari ini semua selesai di sini setelah ambruk, saya juga akan mati,” kata Diwas Bohora seperti dikutip dari The Associated Press.
Pakar penerbangan mengatakan tampaknya turboprop terhenti di ketinggian rendah saat mendekati bandara, tetapi tidak jelas mengapa.
Dari rekaman video smartphone dari darat beberapa detik sebelum pesawat jatuh, orang-orang dapat melihat ATR 72 hidung pesawat terlihat tinggi, sudut high angle of attack, dengan sayap pada sudut bank yang sangat tinggi, dekat dengan tanah,” kata Bob Mann, seorang penerbangan analis dan konsultan.
“Apakah itu karena kehilangan tenaga, atau salah menilai energi, arah, atau profil pendekatan pesawat, dan mencoba untuk mengubah energi atau pendekatan, sikap pesawat itu kemungkinan akan mengakibatkan terhentinya aerodinamis dan hilangnya ketinggian dengan cepat, ketika sudah mendekati tanah,” katanya dalam email.
Pakar penerbangan Patrick Smith, yang menerbangkan pesawat Boeing 757 dan 767 dan menulis kolom berjudul “Ask the Pilot,” memperingatkan bahwa banyak detail yang masih belum diketahui tentang kecelakaan itu, tetapi mengatakan bahwa tampaknya pesawat kehilangan kontrol di ketinggian rendah.
“Salah satu kemungkinannya adalah tanggapan yang salah terhadap kerusakan mesin,” katanya kepada The Associated Press melalui email.
Otoritas Penerbangan Sipil Nepal mengatakan pesawat terakhir melakukan kontak dengan bandara dari dekat Ngarai Seti pada pukul 10:50 pada hari Minggu sebelum jatuh.
Pesawat tersebut membawa 68 penumpang, termasuk 15 warga negara asing dan empat awak pesawat. Orang asing itu termasuk lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea Selatan, dan masing-masing satu orang dari Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis. Pokhara adalah pintu gerbang ke Sirkuit Annapurna, jalur pendakian populer di Himalaya.
Pesawat Yeti Airlines jatuh ke ngarai pada hari Minggu kemarin saat hendak mendarat di Bandara Internasional Pokhara yang baru dibuka di kaki pegunungan Himalaya, menewaskan sedikitnya 70 dari 72 orang di dalamnya.
Tim penyelamat berhasil menemukan perekam suara kokpit pesawat dan perekam data penerbangan (FDR) pada hari Senin, dan menyisir puing-puing yang tersebar di ngarai sedalam 300 meter untuk mencari korban hilang, tetapi diduga tewas.
Perkembangan terbaru menunjukkan satu mayat ditemukan pada hari ini, Selasa (17/1/2023), dan dua masih hilang.
Juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal, Jagannath Niraula, mengatakan perekam suara kokpit akan dianalisis secara lokal, tetapi FDR akan dikirim ke Prancis. Produsen pesawat, ATR, berkantor pusat di Toulouse. Badan Investigasi Kecelakaan Udara Prancis mengonfirmasi pihaknya ikut serta dalam penyelidikan, dan para penyelidiknya berada di lokasi hari ini.
Pesawat ATR 72-500 bermesin ganda, dioperasikan oleh Yeti Airlines Nepal, menyelesaikan penerbangan 27 menit dari Ibu Kota, Kathmandu, ke kota resor Pokhara yang berjarak 200 kilometer sebelah barat.
Masih belum jelas apa penyebab kecelakaan itu, yang terjadi kurang dari satu menit penerbangan dari bandara dengan angin sepoi-sepoi dan langit cerah.
Pria yang mengambil rekaman smartphone dari penurunan pesawat mengatakan itu tampak seperti pendaratan normal sampai pesawat tiba-tiba berbelok ke kiri.
“Saya lihat itu dan saya kaget… Saya kira hari ini semua selesai di sini setelah ambruk, saya juga akan mati,” kata Diwas Bohora seperti dikutip dari The Associated Press.
Pakar penerbangan mengatakan tampaknya turboprop terhenti di ketinggian rendah saat mendekati bandara, tetapi tidak jelas mengapa.
Dari rekaman video smartphone dari darat beberapa detik sebelum pesawat jatuh, orang-orang dapat melihat ATR 72 hidung pesawat terlihat tinggi, sudut high angle of attack, dengan sayap pada sudut bank yang sangat tinggi, dekat dengan tanah,” kata Bob Mann, seorang penerbangan analis dan konsultan.
“Apakah itu karena kehilangan tenaga, atau salah menilai energi, arah, atau profil pendekatan pesawat, dan mencoba untuk mengubah energi atau pendekatan, sikap pesawat itu kemungkinan akan mengakibatkan terhentinya aerodinamis dan hilangnya ketinggian dengan cepat, ketika sudah mendekati tanah,” katanya dalam email.
Pakar penerbangan Patrick Smith, yang menerbangkan pesawat Boeing 757 dan 767 dan menulis kolom berjudul “Ask the Pilot,” memperingatkan bahwa banyak detail yang masih belum diketahui tentang kecelakaan itu, tetapi mengatakan bahwa tampaknya pesawat kehilangan kontrol di ketinggian rendah.
“Salah satu kemungkinannya adalah tanggapan yang salah terhadap kerusakan mesin,” katanya kepada The Associated Press melalui email.
Otoritas Penerbangan Sipil Nepal mengatakan pesawat terakhir melakukan kontak dengan bandara dari dekat Ngarai Seti pada pukul 10:50 pada hari Minggu sebelum jatuh.
Pesawat tersebut membawa 68 penumpang, termasuk 15 warga negara asing dan empat awak pesawat. Orang asing itu termasuk lima orang India, empat orang Rusia, dua orang Korea Selatan, dan masing-masing satu orang dari Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis. Pokhara adalah pintu gerbang ke Sirkuit Annapurna, jalur pendakian populer di Himalaya.
(ian)