Tolak Kembalikan Senjata Pasokan Ukraina, Georgia Beri Alasan Menohok
loading...
A
A
A
TBILISI - Ukraina menuduh Georgia, salah satu negara pecahan Uni Soviet, menolak mengembalikan senjata yang dipasok Kiev ke Tbilisi saat perang melawan Rusia tahun 2008.
Kementerian Pertahanan Georgia menjawab tuduhan itu dengan menyampaikan alasan yang menohok, yakni senjata itu dulu diterima tidak gratis melainkan melibatkan pembayaran jutaan dolar.
Senjata yang dimaksud adalah sistem anti-pesawat Buk. Menurut kementerian itu, senjata itu diperoleh Tbilisi dari Kiev sebagai bagian dari kesepakatan senjata rahasia.
Kementerian itu mengecam informasi yang salah yang disebarkan oleh para ahli atau media perihal kesepakatan sistem anti-pesawat Buk.
“Tampaknya Ukraina menyerahkan sistem pertahanan udara Buk ke Georgia secara gratis, itu tidak benar,” kata kementerian itu pada hari Selasa. "Georgia telah menerima sistem Buk pada tahun 2007 melalui pembelian jutaan dolar," lanjut kementerian tersebut.
“Ini dilakukan berdasarkan perjanjian rahasia, oleh karena itu kami tidak dapat memberikan lebih spesifik,” imbuh kementerian itu, seperti dikutip Russia Today, Rabu (11/1/2023).
Kementerian itu lebih lanjut mengonfirmasi posisi Georgia terkait perang Rusia dengan Ukraina. Menurutnya, Tbilisi menawarkan dukungan kemanusiaan dan diplomatik kepada Kiev, namun tidak dengan pengiriman senjata.
Georgia juga telah membayar puluhan juta dolar pada tahun 2017 untuk membeli sistem anti-tank Javelin dari Amerika Serikat (AS).
Jawaban Kementerian Pertahanan Georgia itu sebagai respons artikel yang diterbitkan di surat kabar Yevropeyskaya Pravda pada hari Senin, di mana Andrey Kasyanov—Kuasa Usaha Ukraina untuk Georgia—mengeklaim bahwa Tbilisi menolak untuk menyerahkan kembali sistem Buk, yang menurutnya dipindahkan oleh Kiev ke Georgia selama konfliknya dengan Rusia pada tahun 2008.
KievmintaTbilisi mengembalikan senjata itu ke Ukraina untuk melawan invasi Rusia.
Diplomat Kiev itu mengatakan Ukraina juga telah meminta Georgia untuk menyediakan sistem peluncur anti-tank Javelin buatan AS saat itu.
Menurut Kasyanov, langkah seperti itu tidak hanya disetujui oleh AS, tetapi Tbilisi juga menerima tawaran dari Washington untuk mengisi kembali stok Javelin dengan sistem yang lebih baru.
Georgia berulang kali menyatakan tidak akan mengirim senjata ke Ukraina. Tbilisi juga menolak untuk bergabung dengan sanksi yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia atas konflik Ukraina, dengan alasan bahwa sikap seperti itu bertentangan dengan kepentingan nasional negara tersebut.
Ia juga menolak seruan untuk membuka "front kedua" melawan Moskow di Kaukasus.
Pada bulan September, Fedor Venislavsky, seorang anggota Parlemen Ukraina, mengatakan bahwa Georgia memiliki kesempatan unik untuk merebut kembali wilayah Abkhazia dan Ossetia Selatan yang diklaim sebagai miliknya.
Kedua wilayah tersebut mendeklarasikan kemerdekaan dari Georgia setelah konflik tahun 2008 antara Moskow dan Tbilisi.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
Kementerian Pertahanan Georgia menjawab tuduhan itu dengan menyampaikan alasan yang menohok, yakni senjata itu dulu diterima tidak gratis melainkan melibatkan pembayaran jutaan dolar.
Senjata yang dimaksud adalah sistem anti-pesawat Buk. Menurut kementerian itu, senjata itu diperoleh Tbilisi dari Kiev sebagai bagian dari kesepakatan senjata rahasia.
Kementerian itu mengecam informasi yang salah yang disebarkan oleh para ahli atau media perihal kesepakatan sistem anti-pesawat Buk.
“Tampaknya Ukraina menyerahkan sistem pertahanan udara Buk ke Georgia secara gratis, itu tidak benar,” kata kementerian itu pada hari Selasa. "Georgia telah menerima sistem Buk pada tahun 2007 melalui pembelian jutaan dolar," lanjut kementerian tersebut.
“Ini dilakukan berdasarkan perjanjian rahasia, oleh karena itu kami tidak dapat memberikan lebih spesifik,” imbuh kementerian itu, seperti dikutip Russia Today, Rabu (11/1/2023).
Kementerian itu lebih lanjut mengonfirmasi posisi Georgia terkait perang Rusia dengan Ukraina. Menurutnya, Tbilisi menawarkan dukungan kemanusiaan dan diplomatik kepada Kiev, namun tidak dengan pengiriman senjata.
Georgia juga telah membayar puluhan juta dolar pada tahun 2017 untuk membeli sistem anti-tank Javelin dari Amerika Serikat (AS).
Jawaban Kementerian Pertahanan Georgia itu sebagai respons artikel yang diterbitkan di surat kabar Yevropeyskaya Pravda pada hari Senin, di mana Andrey Kasyanov—Kuasa Usaha Ukraina untuk Georgia—mengeklaim bahwa Tbilisi menolak untuk menyerahkan kembali sistem Buk, yang menurutnya dipindahkan oleh Kiev ke Georgia selama konfliknya dengan Rusia pada tahun 2008.
KievmintaTbilisi mengembalikan senjata itu ke Ukraina untuk melawan invasi Rusia.
Diplomat Kiev itu mengatakan Ukraina juga telah meminta Georgia untuk menyediakan sistem peluncur anti-tank Javelin buatan AS saat itu.
Menurut Kasyanov, langkah seperti itu tidak hanya disetujui oleh AS, tetapi Tbilisi juga menerima tawaran dari Washington untuk mengisi kembali stok Javelin dengan sistem yang lebih baru.
Georgia berulang kali menyatakan tidak akan mengirim senjata ke Ukraina. Tbilisi juga menolak untuk bergabung dengan sanksi yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia atas konflik Ukraina, dengan alasan bahwa sikap seperti itu bertentangan dengan kepentingan nasional negara tersebut.
Ia juga menolak seruan untuk membuka "front kedua" melawan Moskow di Kaukasus.
Pada bulan September, Fedor Venislavsky, seorang anggota Parlemen Ukraina, mengatakan bahwa Georgia memiliki kesempatan unik untuk merebut kembali wilayah Abkhazia dan Ossetia Selatan yang diklaim sebagai miliknya.
Kedua wilayah tersebut mendeklarasikan kemerdekaan dari Georgia setelah konflik tahun 2008 antara Moskow dan Tbilisi.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
(min)