Ribuan Orang Berduyun-duyun Hadiri Pemakaman Paus Benediktus XVI

Kamis, 05 Januari 2023 - 14:50 WIB
loading...
Ribuan Orang Berduyun-duyun Hadiri Pemakaman Paus Benediktus XVI
Ribuan orang berduyun-duyun mendatangi Lapangan Santo Petrus di Vatikan untuk menghadiri pemakaman Paus Emeritus Benediktus XVI. Foto/AP
A A A
VATICAN CITY - Para pelayat berduyun-duyun ke Lapangan Santo Petrus pada Kamis (5/1/2023) pagi untuk menghadiri pemakaman Paus Emeritus Benediktus XVI . Mereka berharap bisa memberikan penghormatan terakhir kepada teolog Jerman itu dan berpatisipasi dalam Misa requiem langka untuk kematian langka yang dipimpin oleh paus yang masih hidup.

Kabut tebal menyelimuti Vatikan sebelum fajar saat kru perlindungan sipil dan polisi memasang detektor logam dan barikade untuk menggiring para pelayat ke alun-alun. Media Italia, mengutip rencana keamanan polisi, melaporkan pihak keamanan memperkirakan sekitar 100.000 orang akan hadir, lebih tinggi dari perkiraan awal yaitu 60.000.

Dikutip dari AP, Paus Fransiskus akan memimpin pemakaman, sebuah acara yang menarik kepala negara dan keluarga kerajaan meskipun Paus Benediktus meminta secara sederahana dan upaya Vatikan untuk menjaga agar pemakaman pertama paus emeritus di zaman modern tetap sederhana.

Hanya Italia dan Jerman yang diundang untuk mengirimkan delegasi resmi, dan Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier serta Presiden Italia Sergio Mattarella mengonfirmasi partisipasi mereka.

Tetapi kepala negara dan pemerintahan lainnya memutuskan untuk menerima tawaran Vatikan dan datang dalam "kapasitas pribadi" mereka. Mereka termasuk beberapa kepala negara lainnya, setidaknya empat perdana menteri dan dua delegasi perwakilan kerajaan.



Sebagai ritual pemakaman, peti mati Paus Benediktus nantinya akan dibawa dari basilika dan ditempatkan di depan altar saat umat Katolik membaca rosario. Ritual itu sendiri dimodelkan pada kode yang digunakan untuk paus yang meninggal tetapi dengan beberapa modifikasi mengingat Benediktus bukanlah paus yang berkuasa ketika dia meninggal.

Setelah Misa, peti mati cemara Paus Benediktus akan ditempatkan di dalam peti seng, kemudian peti kayu ek luar sebelum dimakamkan di ruang bawah tanah di gua di bawah basilika yang pernah menampung makam St. Yohanes Paulus II sebelum dipindahkan ke basilika utama.

Sekitar 200.000 memberikan penghormatan kepada Benediktus selama tiga hari di Basilika Santo Petrus.

Terlahir dengan nama Joseph Ratzinger, Paus Benediktus meninggal pada 31 Desember dalam usia 95 tahun. Ia dianggap sebagai salah satu teolog terbesar abad ke-20 dan menghabiskan seumur hidupnya untuk menjunjung tinggi doktrin gereja. Tapi dia akan tercatat dalam sejarah untuk satu tindakan revolusioner yang mengubah masa depan kepausan: Dia pensiun, paus pertama dalam enam abad yang melakukannya.

Paus Fransiskus memuji keberanian pendahulunya itu untuk menepi ketika dia yakin dia tidak lagi memiliki kekuatan untuk memimpin gereja, dengan mengatakan pengunduran dirinya "membuka pintu" bagi paus lain yang melakukan hal yang sama.



Pada bagiannya, Paus Francis baru-baru ini mengatakan dia telah meninggalkan instruksi tertulis yang menguraikan kondisi di mana dia juga akan mengundurkan diri jika dia menjadi tidak mampu.

Selama seperempat abad Santo Yohanes Paulus II sebagai paus, Paus Benediktus mempelopori tindakan keras terhadap perbedaan pendapat sebagai prefek Kongregasi Ajaran Iman, mengambil tindakan terhadap teologi pembebasan berhaluan kiri yang menyebar di Amerika Latin pada tahun 1970-an dan menentang perbedaan pendapat para teolog dan biarawati yang tidak mengikuti garis keras Vatikan dalam hal-hal seperti moral seksual.

Warisannya dirusak oleh skandal pelecehan seksual pastor, meskipun dia mengakui lebih awal dari kebanyakan "kotoran" pastor yang memperkosa anak-anak, dan benar-benar meletakkan dasar bagi Tahta Suci untuk menghukum mereka.

Sebagai kardinal dan paus, dia mengesahkan undang-undang gereja yang mengakibatkan 848 pastor dicopot dari 2004-2014. Tetapi para penyintas pelecehan masih menganggapnya bertanggung jawab atas krisis tersebut, karena gagal memberikan sanksi kepada uskup mana pun yang memindahkan para pelaku pelecehan dan mengidentifikasinya sebagai perwujudan sistem klerikal yang telah lama melindungi institusi tersebut dari para korban.

“Perayaan apa pun yang menandai kehidupan pelaku pelecehan seperti Benediktus harus diakhiri,” kata kelompok utama penyintas AS SNAP.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0871 seconds (0.1#10.140)