Istimewanya Saraswati Saat New Normal

Minggu, 12 Juli 2020 - 19:32 WIB
loading...
Istimewanya Saraswati Saat New Normal
Komunitas Hindu Swiss Bali peringati hari Saraswati. FOTO/Krisna Diantha Akassa
A A A
ALTDORF - Komang Diah Permana dan Arief Suherman, bersama dua anaknya, Alvian dan Vanessa berjalan beriringan menuju stasiun kereta api. Keluarga yang sudah menetap di Altdorf selama 25 tahun ini mencuri perhatian banyak orang. Arief mengenakan udeng dan destar, Komang berkebaya hijau muda menyala. Hanya kedua anaknya yang berpakaian normal.

Tujuan keluarga ini adalah Sarmenstorf, sebuah desa di provinsi Aargau. Jaraknya 75 km. Dua jam mereka menempuhnya dengan kereta. Tak ada tanda tanda kelelahan. Keempatnya memendarkan wajah ceriah. “Ini memang hari istimewa bagi kami,” tutur Komang kepada SINDO.

(Baca: Umat Hindu Peringati Hari Raya Saraswati )

Hari istimewa itu jatuh pada Sabtu (4/7) pagi. Hari Saraswati bagi Komang dan Arief Suherman, juga segenap komunitas Hindu Swiss Bali. Juga mulainya new normal di Heidiland. Itu artinya, perayaan Dewi ilmu pengetahuan ini bisa dilaksanakan bersama sama. “Namun dibatasi hanya 30 orang,“ tutur Gde Suartana, Ketua Bale Banjar Swiss. Karena pembatasan itu pula, mereka merayakannya di rumah pribadi, di kediaman Andreas dan Ketut Schorro, di Sarmenstorf, Aargau.

Tenda plastik sudah berdiri sejak pagi. Altar, tempat meletakkan banten dan sesajen, dibangun dalam hitungan menit. Gde Suartana memimpin doa, didampingi Ketut Schorro. 30 komunitas Hindu Bali Swiss mengikutinya dengan hikmat. “Tidak ada yang sulit bagi kami. Banten kami buat dengan bahan yang ada di Swiss. Namun, kami membuatnya semaksimal mungkin, karena jelas ada aturan yang harus kami ikuti,” imbuh Gde Suartana.

Seperti biasa, usai sembahyang, mereka makan bersama. Masing-masing keluarga membawa makanan yang sudah diatur dalam komunitas grup whatsapp. Thomas Matzger dan Sascha Meier menyumbang babi guling. “Dua keluarga ini jadi andalan untuk urusan babi guling,” kata Komang Permana.

Keluarga lainnya, ada yang membawa lawar (urap), tum (pepes), sayur nangkah, sate lilit, jaja uli (penganan untuk desert), dan kuliner Bali lainnya. “Kami merayakan bersama, semua juga ditanggung bersama,” kata Komang.

(Baca: Infeksi Covid-19 Mereda, Swiss Berencana Kembali Buka Perbatasan )

Swiss mulai melonggarkan lockdown-nya sejak akhir Juni. Pertemuan hingga 50 orang mulai diperbolehkan. Sebelumnya, semua kegiatan hanya dibatasi empat orang. “Itulah sebabnya, kami sangat bersyukur ketika 4 Juli ini sudah mulai ada pelonggaran,” kata Komang. Jika tidak, perayaan Saraswati ini tidak akan bisa dilaksanakan. “Kalau belum ada pelonggaran, ya kami akan merayakannya masing masing di rumah,” imbuhnya.

Kebersamaan, bagi komunitas Hindu Bali Swiss, cukup penting. Setelah kegiatan sakral usai, mereka masih berkumpul hingga petang. Keluarga Komang dan Arief Suherman baru undur diri menjelang tengah malam. Meskipun harus menempuh perjalanan sekitar dua jam, tidak terlihat kelelahan di wajah mereka. “Lelah tentu saja, tapi kami bahagia bisa berkumpul dengan teman teman, setelah tiga bulan terkurung dalam lockdown corona,” kata Arief Suherman.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2134 seconds (0.1#10.140)