Eks Jenderal Amerika Heran AS Biarkan Rusia Sesuka Hati Merudal Ukraina
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Seorang mantan jenderal Amerika Serikat (AS) heran dengan sikap pemerintah Presiden Joe Biden yang membiarkan Rusia sesuka hati menembakkan rudal ke Ukraina .
Jenderal (Purn) Ben Hodges, mantan komandan Angkatan Darat AS, membuat komentar sehubungan dengan serangan rudal Rusia pada hari Kamis yang dilaporkan melibatkan rudal balistik jarak pendek (SRBM) 9K720 Iskander.
Menyusul serangan itu, Kementerian Pertahanan Rusia berjanji bahwa Moskow tidak akan pernah kehabisan rudal Kalibr.
Mantan pemimpin skuadron SEAL Six Team, Chuck Pfarrer, sebelumnya men-tweet bahwa SRBM diluncurkan dari daerah yang diduduki Rusia di dalam Ukraina dan menargetkan kota-kota terdekat. Rudal tersebut berasal dari Rusia dan dapat menempuh jarak hingga 500 kilometer.
"Mengapa kami mengizinkan Rusia untuk menembak dari tempat perlindungan?" tanya Hodges pada hari Jumat.
“Dengan tidak memberikan ATACMS [Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat], [jet tempur] F-16 dan kemampuan serangan jarak jauh lainnya ke Ukraina, kami pada dasarnya memberikan perlindungan kepada Rusia yang mampu membunuh warga sipil tak berdosa di Ukraina tanpa takut akan konsekuensinya. Kebijakan yang tidak dapat dipertahankan," kritik Hodges, seperti dikutip Newsweek, Sabtu (31/12/2022).
Dalam pengumuman yang selaras dengan kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky baru-baru ini ke Washington, pejabat AS mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara Patriot pada akhirnya akan dikirim ke Ukraina.
Baterai sistem rudal Patriot, yang digambarkan sebagai sistem pertahanan pengubah permainan yang potensial, mampu mencegat rudal Iskander dan serangan udara lainnya yang diluncurkan atas nama militer Rusia.
Pertahanan udara Ukraina kembali unjuk kekuatan pada Jumat pagi. Pejabat Ukraina mengatakan Angkatan Udara-nya menembak jatuh 16 drone Shahed-136 buatan Iran, menyebabkan peringatan serangan udara yang menginstruksikan penduduk di wilayah Kiev, Cherkasy, dan Kirovohrad untuk berlindung.
Jenderal (Purn) Ben Hodges, mantan komandan Angkatan Darat AS, membuat komentar sehubungan dengan serangan rudal Rusia pada hari Kamis yang dilaporkan melibatkan rudal balistik jarak pendek (SRBM) 9K720 Iskander.
Menyusul serangan itu, Kementerian Pertahanan Rusia berjanji bahwa Moskow tidak akan pernah kehabisan rudal Kalibr.
Mantan pemimpin skuadron SEAL Six Team, Chuck Pfarrer, sebelumnya men-tweet bahwa SRBM diluncurkan dari daerah yang diduduki Rusia di dalam Ukraina dan menargetkan kota-kota terdekat. Rudal tersebut berasal dari Rusia dan dapat menempuh jarak hingga 500 kilometer.
"Mengapa kami mengizinkan Rusia untuk menembak dari tempat perlindungan?" tanya Hodges pada hari Jumat.
“Dengan tidak memberikan ATACMS [Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat], [jet tempur] F-16 dan kemampuan serangan jarak jauh lainnya ke Ukraina, kami pada dasarnya memberikan perlindungan kepada Rusia yang mampu membunuh warga sipil tak berdosa di Ukraina tanpa takut akan konsekuensinya. Kebijakan yang tidak dapat dipertahankan," kritik Hodges, seperti dikutip Newsweek, Sabtu (31/12/2022).
Dalam pengumuman yang selaras dengan kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky baru-baru ini ke Washington, pejabat AS mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara Patriot pada akhirnya akan dikirim ke Ukraina.
Baterai sistem rudal Patriot, yang digambarkan sebagai sistem pertahanan pengubah permainan yang potensial, mampu mencegat rudal Iskander dan serangan udara lainnya yang diluncurkan atas nama militer Rusia.
Pertahanan udara Ukraina kembali unjuk kekuatan pada Jumat pagi. Pejabat Ukraina mengatakan Angkatan Udara-nya menembak jatuh 16 drone Shahed-136 buatan Iran, menyebabkan peringatan serangan udara yang menginstruksikan penduduk di wilayah Kiev, Cherkasy, dan Kirovohrad untuk berlindung.