Ketegangan dengan China Meningkat, Taiwan Perpanjang Wamil
loading...
A
A
A
TAIPEI - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengumumkan perpanjangan wajib militer (wamil) dari empat bulan menjadi satu tahun di tengah meningkatnya ketegangan dengan China . China selama ini menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya.
Berbicara pada konferensi pers pada hari Selasa, Tsai mengumumkan rencana baru untuk memperkuat pertahanan Taiwan jika terjadi serangan dari Beijing.
"Perdamaian tidak akan jatuh dari langit. Taiwan berada di garis depan ekspansi otoriter," katanya seperti dikutip dari BBC, Rabu (28/12/2022).
Tsai mengatakan wajib militer juga akan menjalani pelatihan yang lebih intensif, meminjam beberapa elemen dari Amerika Serikat (AS) dan militer maju lainnya.
Dia menambahkan bahwa sistem pertahanan pulau itu saat ini tidak memadai untuk mengatasi agresi dari China, yang merupakan salah satu militer terbesar dan tercanggih di dunia.
Tentara Taiwan telah menyusut sejak awal 1990-an ketika semua pria berusia di atas 18 tahun diharuskan untuk bertugas di militer hingga tiga tahun. Selama beberapa dekade berikutnya, layanan dipersingkat menjadi satu tahun dan 10 bulan sebelum dikurangi lagi menjadi empat bulan. Aturan baru mulai berlaku pada Januari 2024, bulan yang sama saat Taiwan akan memilih presiden berikutnya.
"Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tetapi sebagai presiden, sebagai kepala pasukan militer, adalah tugas saya yang tidak dapat dihindari untuk membela kepentingan nasional dan cara hidup demokrasi kita," ujar Tsai.
"Tidak ada yang menginginkan perang, orang Taiwan dan Taiwan adalah sama, dan komunitas internasional juga sama," ucapnya, seraya menambahkan agresi militer China menjadi semakin jelas setelah latihan perangnya di bulan Agustus.
Ketegangan antara Taipei dan Beijing melonjak pada Agustus setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu.
Berbicara pada konferensi pers pada hari Selasa, Tsai mengumumkan rencana baru untuk memperkuat pertahanan Taiwan jika terjadi serangan dari Beijing.
"Perdamaian tidak akan jatuh dari langit. Taiwan berada di garis depan ekspansi otoriter," katanya seperti dikutip dari BBC, Rabu (28/12/2022).
Tsai mengatakan wajib militer juga akan menjalani pelatihan yang lebih intensif, meminjam beberapa elemen dari Amerika Serikat (AS) dan militer maju lainnya.
Dia menambahkan bahwa sistem pertahanan pulau itu saat ini tidak memadai untuk mengatasi agresi dari China, yang merupakan salah satu militer terbesar dan tercanggih di dunia.
Tentara Taiwan telah menyusut sejak awal 1990-an ketika semua pria berusia di atas 18 tahun diharuskan untuk bertugas di militer hingga tiga tahun. Selama beberapa dekade berikutnya, layanan dipersingkat menjadi satu tahun dan 10 bulan sebelum dikurangi lagi menjadi empat bulan. Aturan baru mulai berlaku pada Januari 2024, bulan yang sama saat Taiwan akan memilih presiden berikutnya.
"Ini adalah keputusan yang sangat sulit, tetapi sebagai presiden, sebagai kepala pasukan militer, adalah tugas saya yang tidak dapat dihindari untuk membela kepentingan nasional dan cara hidup demokrasi kita," ujar Tsai.
"Tidak ada yang menginginkan perang, orang Taiwan dan Taiwan adalah sama, dan komunitas internasional juga sama," ucapnya, seraya menambahkan agresi militer China menjadi semakin jelas setelah latihan perangnya di bulan Agustus.
Ketegangan antara Taipei dan Beijing melonjak pada Agustus setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu.