Rusia Pesimis dengan Masa Depan Perjanjian New START

Sabtu, 11 Juli 2020 - 06:09 WIB
loading...
A A A
"Kami benar-benar yakin bahwa kami dapat menjamin keamanan kami untuk perspektif yang panjang, bahkan tanpa adanya perjanjian ini," imbuhnya.

Dia juga mencatat bahwa Rusia belum memutuskan apakah akan tetap berada dalam Perjanjian Open Skies yang memungkinkan penerbangan pengamatan atas fasilitas militer setelah penarikan AS.

Trump menyatakan niat untuk menarik diri dari perjanjian pada bulan Mei, mengutip pelanggaran Rusia. Rusia membantah telah melanggar pakta, yang mulai berlaku pada 2002, dan Uni Eropa mendesak AS untuk mempertimbangkan kembali.

"Kami akan membuat keputusan akhir apakah akan tetap di sana setelah kami menimbang semua konsekuensi dari penarikan AS," kata Lavrov.

Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START) ditandatangani pada 2010 oleh mantan Presiden Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev. Perjanjian tersebut, dibuat sesuai dengan Perjanjian Nuklir Jangka Menengah 1987, membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dikerahkan tidak lebih dari 1.550 bersama dengan 700 rudal dan pembom.

Baik AS dan Rusia menarik diri dari perjanjian senjata nuklir tahun 1987 yang asli tahun lalu, meninggalkan perjanjian New START sebagai garis pertahanan terakhir melawan proliferasi nuklir antara negara-negara terkemuka dunia dalam pengembangan nuklir.

Jika perjanjian itu kadaluwarsa, itu akan menjadi pertama kalinya AS dan Rusia tidak bersatu dalam perjanjian senjata nuklir sejak Perang Dingin.

Hubungan Rusia-AS telah merosot ke level terendah sejak masa Perang Dingin setelah pencaplokan Semenanjung Crimea di Ukraina tahun 2014 oleh Moskow, dukungannya bagi pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur dan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS pada 2016.
(ber)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1629 seconds (0.1#10.140)