CCL: Ukraina Cinta Damai, Tapi Tidak Dicapai dengan Meletakkan Senjata

Minggu, 11 Desember 2022 - 11:49 WIB
loading...
CCL: Ukraina Cinta Damai, Tapi Tidak Dicapai dengan Meletakkan Senjata
Kepala CCL, Oleksandra Matviichuk, menyampaikan pidato saat menerima hadiah Nobel Perdamaian. Foto/The Indian Express
A A A
OSLO - Trio dari tiga negara di pusat perang di Ukraina menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada hari Sabtu. Mereka pun menyerukan perjuangan tanpa henti melawan invasi "gila dan kriminal" pemimpin Rusia Vladimir Putin.

Advokat hak asasi manusia Belarusia yang dipenjara Ales Bialiatski, organisasi Memorial dari Rusia dan Pusat Kebebasan Sipil Ukraina (CCL) dihormati oleh komite Nobel atas perjuangan mereka untuk hak asasi manusia, demokrasi, dan hidup berdampingan secara damai dalam menghadapi otoritarianisme.

"Rakyat Ukraina menginginkan perdamaian lebih dari siapa pun di dunia," kata kepala CCL, Oleksandra Matviichuk.

"Tapi perdamaian tidak bisa dicapai oleh negara yang diserang dengan meletakkan senjatanya," imbuhnya seperti dikutip dari France 24, Minggu (11/12/2022).

Didirikan pada tahun 2007, CCL telah mendokumentasikan kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina. Ini termasuk menembaki bangunan tempat tinggal, gereja, sekolah dan rumah sakit, mengebom koridor evakuasi, pemindahan paksa orang, dan penyiksaan.



Karena pemboman infrastruktur energi Ukraina oleh Rusia, kepada AFP, Matviichuk mengaku harus menulis pidato penerimaan Nobelnya dengan cahaya lilin.

Dalam sembilan bulan sejak dimulainya invasi Rusia, CCL telah mendokumentasikan lebih dari 27.000 kasus dugaan kejahatan perang, yang katanya "hanya puncak gunung es".

"Perang mengubah orang menjadi angka. Kita harus merebut kembali nama semua korban kejahatan perang," katanya dalam pidatonya, suaranya diliputi dengan emosi.

Di Balai Kota Oslo, Norwegia, yang dihias dengan bunga merah Siberia, Matviichuk menegaskan kembali seruannya untuk pengadilan internasional guna menghakimi Putin, sekutunya Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dan penjahat perang lainnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1956 seconds (0.1#10.140)