Rusia Masih Mampu Produksi Rudal Meski Kena Sanksi, 70 Hujani Ukraina dalam Sehari
loading...
A
A
A
KIEV - Rusia diketahui masih mampu memproduksi rudal jelajah baru meski dijatuhi sanksi oleh Barat. Bahkan, 70 misil yang baru diproduksi telah ditembakkan ke Ukraina hanya dalam sehari.
Lembaga riset di Inggris, The Conflict Armament Research (CAR), mengatakan para ahlinya berada di Kiev pada 23 November ketika Rusia menembakkan sekitar 70 rudal jelajah.
Analisis dari dua fragmen rudal menunjukkan bahwa mereka adalah rudal air-to-surface Kh-101 dengan tanda yang menunjukkan bahwa mereka diproduksi antara Juli-September dan Oktober-November 2022.
Menurut tim investigasi CAR, dua fragmen Kh-101 lainnya yang menyerang Kiev pada Juni dan Oktober telah diproduksi pada 2018 dan 2019.
Para peneliti CAR mengatakan perputaran singkat secara bersamaan menunjukkan kemampuan Rusia untuk memproduksi senjata terpandu meskipun ada sanksi pada sektor teknologinya serta tantangan persediaannya.
Analisis CAR sebelumnya telah menunjukkan rudal jelajah Kh-101 sangat bergantung pada komponen dan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Rusia telah menembakkan ribuan rudal jelajah jarak jauh serta rudal balistik jarak pendek dan menengah sejak menginvasi Ukraina pada Februari.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengeklaim pada 23 November bahwa pembatasan perdagangan akan memperlambat kemampuan Rusia untuk memproduksi senjata berpemandu presisi.
“Klaim itu telah dibuat sejak April, jadi kami hanya menunjukkan fakta bahwa rudal jelajah yang dibuat baru-baru ini mungkin merupakan gejala dari itu, tapi itu bukan kepastian,” kata Damien Spleeters, yang memimpin penyelidikan CAR, kepada The New York Times, Selasa (6/12/2022).
Seorang analis intelijen pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan Rusia mungkin menggunakan amunisi yang lebih baru bersama yang lebih tua di tengah masalah dengan persediaan.
Menurut laporan New York Times, militer sering menggunakan amunisi yang lebih tua sebelum mengerahkan persenjataan yang lebih baru karena mereka mengisi sebagian besar persediaan mereka.
Media Rusia melaporkan bahwa pekerja pabrik amunisi telah diperintahkan untuk bekerja lembur untuk menghasilkan lebih banyak persenjataan.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Lembaga riset di Inggris, The Conflict Armament Research (CAR), mengatakan para ahlinya berada di Kiev pada 23 November ketika Rusia menembakkan sekitar 70 rudal jelajah.
Analisis dari dua fragmen rudal menunjukkan bahwa mereka adalah rudal air-to-surface Kh-101 dengan tanda yang menunjukkan bahwa mereka diproduksi antara Juli-September dan Oktober-November 2022.
Menurut tim investigasi CAR, dua fragmen Kh-101 lainnya yang menyerang Kiev pada Juni dan Oktober telah diproduksi pada 2018 dan 2019.
Para peneliti CAR mengatakan perputaran singkat secara bersamaan menunjukkan kemampuan Rusia untuk memproduksi senjata terpandu meskipun ada sanksi pada sektor teknologinya serta tantangan persediaannya.
Analisis CAR sebelumnya telah menunjukkan rudal jelajah Kh-101 sangat bergantung pada komponen dan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Rusia telah menembakkan ribuan rudal jelajah jarak jauh serta rudal balistik jarak pendek dan menengah sejak menginvasi Ukraina pada Februari.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengeklaim pada 23 November bahwa pembatasan perdagangan akan memperlambat kemampuan Rusia untuk memproduksi senjata berpemandu presisi.
“Klaim itu telah dibuat sejak April, jadi kami hanya menunjukkan fakta bahwa rudal jelajah yang dibuat baru-baru ini mungkin merupakan gejala dari itu, tapi itu bukan kepastian,” kata Damien Spleeters, yang memimpin penyelidikan CAR, kepada The New York Times, Selasa (6/12/2022).
Seorang analis intelijen pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan Rusia mungkin menggunakan amunisi yang lebih baru bersama yang lebih tua di tengah masalah dengan persediaan.
Menurut laporan New York Times, militer sering menggunakan amunisi yang lebih tua sebelum mengerahkan persenjataan yang lebih baru karena mereka mengisi sebagian besar persediaan mereka.
Media Rusia melaporkan bahwa pekerja pabrik amunisi telah diperintahkan untuk bekerja lembur untuk menghasilkan lebih banyak persenjataan.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(min)