Rusia Uraikan Syarat Perundingan Damai dengan Ukraina

Rabu, 30 November 2022 - 06:28 WIB
loading...
Rusia Uraikan Syarat Perundingan Damai dengan Ukraina
Tentara Rusia mengawasi garis depan pertempuran dengan Ukraina. Foto/tass
A A A
MOSKOW - Negosiasi perdamaian hanya dapat dimulai antara Rusia dan Ukraina jika Moskow melihat "kemauan politik" yang tulus di pihak Kiev untuk terlibat dalam dialog.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan hal itu setelah awal bulan ini dia mencatat kepemimpinan Ukraina tampaknya enggan duduk untuk berunding saat ini.

Ketika ditanya wartawan Rusia pada Selasa (29/11/2022) apakah ada prasyarat untuk memulai dialog antara Moskow dan Kiev, Peskov mengatakan, "Itu harus menjadi kemauan politik, kesiapan untuk membahas tuntutan Rusia yang telah lama diketahui."



Berbicara melalui tautan video selama KTT G20 di Bali, Indonesia, pada pertengahan November, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menekankan, “Tidak akan ada (perjanjian) Minsk-3, yang akan dilanggar Rusia segera setelah menyegelnya.”

Kepala negara Ukraina merujuk pada perjanjian Minsk-1 dan Minsk-2 yang ditengahi Jerman dan Prancis masing-masing pada tahun 2014 dan 2015.

Kesepakatan tersebut, antara lain, memberikan status khusus untuk wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian tersebut sebagai salah satu alasan dimulainya kampanye militer Moskow melawan tetangganya pada akhir Februari 2022.

Mengomentari pernyataan Zelensky di KTT G20, Peskov berpendapat pada saat itu bahwa mereka "benar-benar mengkonfirmasi" keengganan Kiev terlibat dalam pembicaraan.

Berbicara kepada para pemimpin dunia di Bali, kepala negara Ukraina menyebutkan sepuluh tuntutan yang, menurut pandangannya, akan mengarah pada perdamaian.

Diantaranya adalah penarikan total pasukan Rusia dari semua wilayah Ukraina dan penghormatan terhadap perbatasan negara tahun 1991, yang dibuat setelah runtuhnya Uni Soviet.

Hingga kini, beberapa wilayah telah memilih menjadi bagian dari Rusia, terutama Crimea.

Pidato awal November Zelensky datang tak lama setelah The Washington Post melaporkan pemerintahan Biden secara pribadi meminta Kiev memberi sinyal kesediaan untuk mengadakan pembicaraan dengan Rusia.

AS dilaporkan khawatir posisi Kiev yang tidak dapat didamaikan dapat membuat dukungan di antara beberapa negara Baratnya berkurang, di tengah apa yang digambarkan pejabat Gedung Putih tanpa nama sebagai "kelelahan Ukraina".

Laporan tersebut mengklaim Washington tidak serius membuat Kiev bernegosiasi, dan hanya berusaha memastikan senjata dan bantuan lainnya terus mengalir dari sebanyak mungkin negara.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1590 seconds (0.1#10.140)