Ibu-ibu Tentara Rusia Menantang Vladimir Putin: Undang Kami, Jawab Pertanyaan Kami!

Jum'at, 25 November 2022 - 22:47 WIB
loading...
Ibu-ibu Tentara Rusia...
Seorang ibu melepas anaknya sebagai tentara Rusia yang akan berperang ke Ukraina. Foto/Sergei Kiselev/Moskva News Agency
A A A
MOSKOW - Para ibu dan istri tentara Rusia yang berperang di Ukraina , melalui video, menantang Presiden Vladimir Vladimirovich Putin untuk mengundang dan menjawab pertanyaan mereka.

Mereka juga mendesak agar militer menepati janji yang dibuat oleh sang presiden.

Kemarahan dan keprihatinan telah meningkat di seluruh Rusia sejak September, ketika Kremlin mengumumkan bahwa ratusan ribu orang yang terlatih dan diperlengkapi dengan baik akan direkrut dan dikirim ke medan perang untuk mendukung perang Moskow di Ukraina.

Tetapi kekacauan pun terjadi, dengan laporan yang meluas tentang para pria yang dikecualikan—orang tua atau lemah—dikirim ke garis depan atau wajib militer meninggal setelah hampir tidak menerima pelatihan, memaksa Kremlin untuk mengakui "kesalahan".



Sebagai tanda bahwa Putin menganggap serius masalah yang berkembang, dia diharapkan pada Jumat (25/11/2022) untuk bertemu dengan sekelompok ibu dan istri tentara untuk pertama kalinya sejak dia memerintahkan pasukan Rusia masuk ke Ukraina sembilan bulan lalu.

Laporan terbaru dari media-media lokal menyebut pertemuan Putin dengan para ibu dan istri tentara Rusia telah berlangsung.

Beberapa kerabat tentara telah menolak pertemuan itu dengan alasan hanya sebagai koreografi yang hati-hati dan pertemuan yang tidak akan menawarkan platform untuk diskusi yang jujur.

"Presiden akan bertemu dengan beberapa ibu yang ditarik dari sakunya, yang akan mengajukan pertanyaan yang tepat dan berterima kasih padanya," kata Olga Tsukanova, seorang ibu tentara yang juga aktivis.

"Seperti biasanya," katanya lagi, seperti dikutip AFP.

Putranya yang berusia 20 tahun saat ini sedang menjalani wajib militer dan dia ingin memastikan putranya tidak akan dikirim ke Ukraina.

Tsukanova melakukan perjalanan 900 km dari kota Samara di sungai Volga dengan harapan bisa terlihat di Kremlin.

"Saya tidak sendiri. Undang kami, Vladimir Vladimirovich, jawab pertanyaan kami!" katanya, mengacu pada nama depan dan tengah presiden.

Para analis mengatakan kemarahan atas nasib orang-orang yang dimobilisasi, yang berisiko berubah menjadi ketidakpuasan nyata, telah menempatkan Kremlin dalam posisi yang tidak nyaman.

Sementara pihak berwenang telah melancarkan tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perbedaan pendapat politik saat pasukan bertempur di Ukraina, kata para ibu dianggap sakral di Rusia.

Memenjarakan mereka pun bukanlah pilihan.

Bagi Putin, melihat kerabat yang marah dapat mengembalikan kenangan sulit dari awal pemerintahannya lebih dari dua dekade lalu.

Pada Agustus 2000, pemimpin Rusia itu dikritik karena menanggapi terlalu lambat ketika kapal selam Kursk tenggelam, menewaskan 118 awak di dalamnya.

Dua perang di Chechnya menyebabkan maraknya gerakan kaum ibu di Rusia yang menjadi duri bagi Kremlin.

Tapi kali ini iklimnya berbeda, dengan tidak adanya media independen yang tersisa di negara itu dan larangan kritik publik secara de facto terhadap serangan Putin.

Ini berarti ada sedikit pertanyaan publik tentang operasi di Ukraina. Tetapi di Rusia ada yang bertanya tentang kondisi di mana kerabat dikirim untuk berperang.

Status ibu dan istri sebagai kerabat laki-laki yang dimobilisasi melayani negara memberi mereka suatu bentuk perlindungan, daripada dianggap sebagai lawan biasa.

"Ada perasaan bawah sadar bahwa wanita memiliki hak itu," kata sosiolog Alexei Levinson dari Levada Center yang independen.

"Tapi ini bukan wanita untuk gerakan perdamaian," ujarnya.

"Mereka ingin negara memenuhi tanggung jawabnya sebagai 'bapak kolektif' terhadap yang dimobilisasi."

Untuk saat ini, gerakan ibu-ibu prajurit tidak terkoordinasi dan terpisah-pisah, terutama terdiri dari kerabat yang khawatir yang mem-posting video di media sosial, di mana beberapa kelompok informal telah terbentuk.

Beginilah cara Tsukanova, yang memiliki hubungan dengan tokoh oposisi kontroversial Svetlana Peunova—yang dituduh di Rusia menyebarkan teori konspirasi politik—terlibat dalam gerakan para ibu.

Dalam iklim kecurigaan yang tidak terlihat sejak era Soviet, banyak wanita khawatir bahwa mengeluh tentang ofensif dapat menimbulkan masalah dan menahan diri untuk tidak berbicara kepada pers asing.

"Kami telah mengirim surat kepada pihak berwenang," kata seorang wanita kepada AFP tanpa menyebut nama.

"Bukan jurnalis yang akan membawa orang-orang kami keluar dari parit dan kami tidak ingin menyakiti mereka lebih jauh lagi."
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1159 seconds (0.1#10.140)