Mantan Presiden Medvedev Tegaskan Kiev adalah Kota Rusia

Senin, 21 November 2022 - 15:08 WIB
loading...
Mantan Presiden Medvedev...
Pemandangan Monumen Kemerdekaan di Kiev tengah, Ukraina, 25 Februari 2022. Foto/REUTERS/Valentyn Ogirenko
A A A
MOSKOW - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengenang masa lalu Rusia di kota Kiev. Pernyataan itu sebagai tanggapan atas janji yang berulang kali disuarakan pejabat tinggi Ukraina untuk "mengembalikan" Semenanjung Crimea.

“Terkadang pernyataan musuh perlu dijawab tidak hanya secara diplomatis atau alegoris,” tulis Medvedev di saluran Telegramnya pada Minggu (20/11/2022).

“Berbagai kecoak yang telah dibiakkan di insektarium Kiev terus-menerus mengancam untuk 'mengembalikan Crimea.' Nah, tujuan mereka jelas: untuk menghibur serangga jinak di sekitar dan menunjukkan kepada pemilik insektarium bahwa mereka masih kecoa yang sangat mampu mengejar sepotong makanan,” ujar Medvedev.



Menurut Medvedev, kepemimpinan Ukraina tidak dalam posisi untuk berbicara tentang "kembalinya" Crimea. Dia menjelaskan bahwa Kiev sendiri sebenarnya adalah kota Rusia.

Medvedev mencantumkan "fakta yang tak terbantahkan" tentang kota tersebut, menyatakan bahwa Kiev adalah "ibu kota Rus Kuno", serta "kota Rusia Kecil yang besar di dalam Kekaisaran Rusia", dan "ibu kota republik Uni Soviet".

Medvedev yang kini menjadi wakil ketua Dewan Keamanan Rusia menjelaskan, “Di Kiev, orang selalu berpikir dan berbicara bahasa Rusia. Untuk memperjelas tentang apa dan ke mana harus dikembalikan.”

Pernyataan itu muncul ketika pejabat tinggi Ukraina telah berulang kali berjanji mengembalikan Ukraina ke perbatasannya pada tahun 1991, sepenuhnya "mencabut pendudukan" tanahnya dan merebut Semenanjung Crimea dari Rusia.

Pernyataan terbaru tentang masalah ini diucapkan Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Vladimir Gavrilov, dalam wawancara dengan Sky News pada Sabtu.

“Saya pikir Rusia dapat menghadapi angsa hitam di negara mereka… dan ini dapat berkontribusi pada kesuksesan (kami) dengan Crimea,” ujar Gavrilov.

“Kita bisa masuk ke Crimea, misalnya, pada akhir Desember. Mungkin? Mungkin. Tidak menutup kemungkinan bahwa itu bisa terjadi,” papar dia.

Crimea memisahkan diri dari Ukraina dan memilih bergabung dengan Rusia tak lama setelah kudeta tahun 2014 di Kiev.

Oktober lalu, empat wilayah bekas Ukraina lainnya, Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, serta Wilayah Kherson dan Zaporozhye, digabungkan ke dalam Rusia setelah referendum.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1640 seconds (0.1#10.140)