Profil Hibatullah Akhundzada, Pemimpin Tertinggi Taliban Afghanistan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hibatullah Akhundzada adalah seorang pemimpin politik dan agama Taliban di Afghanistan.
Dia menjabat panglima tertinggi Taliban sejak mei 2016, kemudian sekarang menjadi pemimpin pemerintah yang diberi nama Imarah atau Emirat Islam Afghanistan.
Akhundzada juga terkenal karena fatwanya tentang masalah Taliban. Dia menjabat sebagai hakim Islam dari pengadilan syariah dari Emirat Islam Afghanistan.
Tidak seperti banyak pemimpin Taliban, dia bukan dari latar belakang militan.
Akhundzada lahir di distrik Panjwayi di Provinsi Kandahar di Afghanistan. Sebagai Pashtun, dia berasal dari suku Nurzai.
Nama depannya, Hibatullah, yang dalam bahasa Arab berarti “hadiah dari Tuhan”. Ayahnya, Muhammad Akhund, adalah seorang ulama dan imam masjid Malook di desa Safid Rawan.
Menyusul runtuhnya Republik Islam Afghanistan, Akhundzada segera dinyatakan sebagai pemimpin tertinggi otoritas agama dan politik atas Imarah Islam Afghanistan.
Pada 1980-an, dia berpartisipasi dalam perlawanan Islam terhadap kampanye militer Soviet di Afghanistan, tetapi reputasinya lebih sebagai pemimpin agama daripada komandan militer. Lalu, Akhundzada bekerja sebagai kepala Pengadilan Syariah pada 1990-an.
Setelah pertama kali merebut kekuasaan pada 1990-an, Taliban memperkenalkan dan mendukung hukuman sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap hukum Islam yang mana mereka mengeksekusi pembunuh dan pezina di depan umum dan mengamputasi anggota tubuh pencuri.
Akhundzada diketahui berusia 60-an tahun dan telah menjalani sebagian besar hidupnya di Afghanistan.
Menurut para ahli, dia mempertahankan hubungan dekat dengan apa yang disebut “Quetta Shura”, para pemimpin Taliban Afghanistan disebut berbasis di kota Quetta, Pakistan.
Sebagai Panglima tertinggi di kelompok tersebut, Hibatullah Akhundzada bertanggung jawab atas urusan politik, militer, dan agama.
Selain itu, Hibatullah Akhundzada mengawali karier sebagai pemimpin tersebut bermula ketika dia bergabung dengan Taliban pada tahun 1994, dan menjadi salah satu anggota. Setelah mereka menguasai Provinsi Farah pada tahun 1995, dia menjadi bagian dari polisi anti-kejahatan di sana.
Kemudian, dia menjadi kepala pengadilan militer Taliban di timur Provinsi Nangarhar dan kemudian menjadi wakil kepala Mahkamah Agung. Dia kemudian pindah ke Kandahar di mana dia menjadi instruktur di Madrasah Jihadi, sebuah seminari yang dipelihara oleh pemimpin dan pendiri Taliban Mohammed Omar.
Begitu banyak kisah sejarah yang di alami oleh Hibatullah Akhundzada untuk menjadi pemimpin. Setelah melalui masa yang campur aduk, kemudian Hibatullah Akhundzada diangkat sebagai pemimpin tertinggi Taliban pada 25 Mei 2016, menggantikan Mansour yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS.
Terungkap pada 14 September 2021 bahwa Hibatullah Akhundzada tidak terlihat di depan umum sejak Taliban menguasai Kabul, sehingga menimbulkan sepekulasi bahwa dia mungkin sudah meninggal.
Kematian pemimpin pendiri Taliban Mohammad Omar sebelumnya disembunyikan selama dua tahun.
Tak hanya itu, pejabat Taliban mengatakan Hibatullah Akhundzada tampil di depan umum di Madrasah Darul Ulum Hakimah di Kandahar pada 30 Oktober 2021. Tidak ada foto atau video yang dirilis, tetapi rekaman audio sepuluh menit dibagikan oleh akun media sosial Taliban, membantah rumor kematiannya.
MG/ Nurul Faiza Ridha Vadellah
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
Dia menjabat panglima tertinggi Taliban sejak mei 2016, kemudian sekarang menjadi pemimpin pemerintah yang diberi nama Imarah atau Emirat Islam Afghanistan.
Akhundzada juga terkenal karena fatwanya tentang masalah Taliban. Dia menjabat sebagai hakim Islam dari pengadilan syariah dari Emirat Islam Afghanistan.
Tidak seperti banyak pemimpin Taliban, dia bukan dari latar belakang militan.
Akhundzada lahir di distrik Panjwayi di Provinsi Kandahar di Afghanistan. Sebagai Pashtun, dia berasal dari suku Nurzai.
Nama depannya, Hibatullah, yang dalam bahasa Arab berarti “hadiah dari Tuhan”. Ayahnya, Muhammad Akhund, adalah seorang ulama dan imam masjid Malook di desa Safid Rawan.
Menyusul runtuhnya Republik Islam Afghanistan, Akhundzada segera dinyatakan sebagai pemimpin tertinggi otoritas agama dan politik atas Imarah Islam Afghanistan.
Pada 1980-an, dia berpartisipasi dalam perlawanan Islam terhadap kampanye militer Soviet di Afghanistan, tetapi reputasinya lebih sebagai pemimpin agama daripada komandan militer. Lalu, Akhundzada bekerja sebagai kepala Pengadilan Syariah pada 1990-an.
Setelah pertama kali merebut kekuasaan pada 1990-an, Taliban memperkenalkan dan mendukung hukuman sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap hukum Islam yang mana mereka mengeksekusi pembunuh dan pezina di depan umum dan mengamputasi anggota tubuh pencuri.
Akhundzada diketahui berusia 60-an tahun dan telah menjalani sebagian besar hidupnya di Afghanistan.
Menurut para ahli, dia mempertahankan hubungan dekat dengan apa yang disebut “Quetta Shura”, para pemimpin Taliban Afghanistan disebut berbasis di kota Quetta, Pakistan.
Sebagai Panglima tertinggi di kelompok tersebut, Hibatullah Akhundzada bertanggung jawab atas urusan politik, militer, dan agama.
Selain itu, Hibatullah Akhundzada mengawali karier sebagai pemimpin tersebut bermula ketika dia bergabung dengan Taliban pada tahun 1994, dan menjadi salah satu anggota. Setelah mereka menguasai Provinsi Farah pada tahun 1995, dia menjadi bagian dari polisi anti-kejahatan di sana.
Kemudian, dia menjadi kepala pengadilan militer Taliban di timur Provinsi Nangarhar dan kemudian menjadi wakil kepala Mahkamah Agung. Dia kemudian pindah ke Kandahar di mana dia menjadi instruktur di Madrasah Jihadi, sebuah seminari yang dipelihara oleh pemimpin dan pendiri Taliban Mohammed Omar.
Begitu banyak kisah sejarah yang di alami oleh Hibatullah Akhundzada untuk menjadi pemimpin. Setelah melalui masa yang campur aduk, kemudian Hibatullah Akhundzada diangkat sebagai pemimpin tertinggi Taliban pada 25 Mei 2016, menggantikan Mansour yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS.
Terungkap pada 14 September 2021 bahwa Hibatullah Akhundzada tidak terlihat di depan umum sejak Taliban menguasai Kabul, sehingga menimbulkan sepekulasi bahwa dia mungkin sudah meninggal.
Kematian pemimpin pendiri Taliban Mohammad Omar sebelumnya disembunyikan selama dua tahun.
Tak hanya itu, pejabat Taliban mengatakan Hibatullah Akhundzada tampil di depan umum di Madrasah Darul Ulum Hakimah di Kandahar pada 30 Oktober 2021. Tidak ada foto atau video yang dirilis, tetapi rekaman audio sepuluh menit dibagikan oleh akun media sosial Taliban, membantah rumor kematiannya.
MG/ Nurul Faiza Ridha Vadellah
Lihat Juga: 3 Alasan Taliban Afghanistan Sudah Siap Menyerang Israel, Akankah Bekerjasama dengan Iran?
(min)