Sekutu Putin Tuntut Perang Penuh, Ada Apa?
loading...
A
A
A
MOSKOW - Perang dengan skala penuh dituntut oleh sekutu Vladimir Putin yakni Vladimir Solovyov yang juga propagandis papan atas negara tersebut.
Perang berskala penuh itu diinginkan agar NATO bisa didorong mundur dari perbatasan. Solovyov menuntut hal tersebut setelah Kremlin mundur dari Kherson, Ukraina.
Melansir Newsweek, Solovyov merasa murka lantaran pihak Ukraina bisa kembali ke kotanya usai pasukan Rusia mundur. Ukraina juga mengibarkan kembali benderanya dan mengklaim bahwa pendudukan Rusia usai.
Menurut Solovyov pada November 2022, Rusia harus memperluas aksi militernya. Perang skala penuh yang dimaksud Solovyov tidak hanya ke Ukraina, namun juga wilayah Eropa.
Dengan keberhasilan Ukraina mengibarkan bendera di Kherson, Solovyov memandang bahwa itu merupakan masalah besar dan harus diatasi dengan keras.
Di sisi lain, kemunduran tentara Rusia dirayakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan menyebutnya sebagai hari bersejarah. “Orang-orang Kherson tidak akan pernah menyerah,” kata Zelensky.
Dorongan yang sama agar Putin memperkuat serangannya juga pernah dilontarkan eks Presiden Rusia yang juga sekutu Putin, Dmitry Medvedev, pada Oktober 2022.
Rusia yang kala itu baru saja melakukan serangan mematikan ke Ukraina menyebut bahwa hal tersebut hanyalah sebagai episode pembuka.
Setelahnya, Medvedev menyerukan serangan yang harus lebih parah. Forbes menyebut, pernyataan Medvedev tersebut hadir dengan fakta lain, yakni kondisi persediaan senjata Rusia yang kian menipis.
Banyak pihak yang juga mempertanyakan kemampuan senjata Rusia untuk melancarkan serangan yang jauh lebih mematikan ke Ukraina. Salah satu pihak yang mempertanyakan adalah ISW (Institute for the Study of War).
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Perang berskala penuh itu diinginkan agar NATO bisa didorong mundur dari perbatasan. Solovyov menuntut hal tersebut setelah Kremlin mundur dari Kherson, Ukraina.
Melansir Newsweek, Solovyov merasa murka lantaran pihak Ukraina bisa kembali ke kotanya usai pasukan Rusia mundur. Ukraina juga mengibarkan kembali benderanya dan mengklaim bahwa pendudukan Rusia usai.
Menurut Solovyov pada November 2022, Rusia harus memperluas aksi militernya. Perang skala penuh yang dimaksud Solovyov tidak hanya ke Ukraina, namun juga wilayah Eropa.
Dengan keberhasilan Ukraina mengibarkan bendera di Kherson, Solovyov memandang bahwa itu merupakan masalah besar dan harus diatasi dengan keras.
Di sisi lain, kemunduran tentara Rusia dirayakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan menyebutnya sebagai hari bersejarah. “Orang-orang Kherson tidak akan pernah menyerah,” kata Zelensky.
Dorongan yang sama agar Putin memperkuat serangannya juga pernah dilontarkan eks Presiden Rusia yang juga sekutu Putin, Dmitry Medvedev, pada Oktober 2022.
Rusia yang kala itu baru saja melakukan serangan mematikan ke Ukraina menyebut bahwa hal tersebut hanyalah sebagai episode pembuka.
Setelahnya, Medvedev menyerukan serangan yang harus lebih parah. Forbes menyebut, pernyataan Medvedev tersebut hadir dengan fakta lain, yakni kondisi persediaan senjata Rusia yang kian menipis.
Banyak pihak yang juga mempertanyakan kemampuan senjata Rusia untuk melancarkan serangan yang jauh lebih mematikan ke Ukraina. Salah satu pihak yang mempertanyakan adalah ISW (Institute for the Study of War).
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(sya)