Zelensky: 4,5 Juta Warga Ukraina Mengalami Pemadaman Listrik
loading...
A
A
A
KIEV - Lebih dari empat juta warga Ukraina telah terputus pasokan listriknya, dengan ibu kota dan daerah sekitarnya yang terkena dampak paling parah.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan hal itu pada Minggu (6/11/2022). Pernyataannya menyusul serangan Rusia selama berminggu-minggu terhadap infrastruktur listrik Ukraina, setelah Moskow menuduh Kiev melakukan serangan “sabotase”.
Dalam pidatonya yang diposting di Telegram, Zelensky mencatat pada Minggu malam, pemadaman listrik berlanjut di Kiev dan enam wilayah Ukraina.
“Lebih dari 4,5 juta konsumen tanpa listrik. Kebanyakan dari mereka sekarang berada di Kiev dan wilayah Kiev. Ini benar-benar sulit," ujar dia.
Pemimpin Ukraina itu memberikan jaminan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan semua kemungkinan skenario energi.
"Apa pun yang diinginkan teroris, apa pun yang mereka cari, kita harus melewati musim dingin ini dan menjadi lebih kuat di musim semi daripada kita sekarang," tegas dia.
Dia mengklaim Rusia sedang memusatkan pasukannya dalam persiapan untuk serangan skala besar di infrastruktur penting Ukraina.
“Rusia membutuhkan rudal Iran untuk tujuan khusus ini,” papar Zelensky.
Dia menambahkan, “Ukraina sedang mempersiapkan tanggapan,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Rusia dan Iran telah berulang kali menolak laporan bahwa Teheran memasok Moskow dengan rudal balistik untuk digunakan dalam konflik Ukraina.
Mengingat krisis energi yang mengerikan di Ukraina, Roman Tkachuk, direktur keamanan untuk pemerintah kota Kiev, mengatakan kepada New York Times pada Sabtu bahwa pemerintah setempat sedang mengerjakan rencana darurat untuk mengevakuasi sekitar tiga juta orang dari ibukota, jika terjadi peristiwa pemadaman listrik total karena serangan Rusia.
Ukraina telah mengalami pemadaman bergilir sejak Moskow melancarkan serangan terhadap fasilitas energinya, termasuk pembangkit listrik pada 10 Oktober.
Sebelumnya, Moskow menuduh Kiev menargetkan struktur Rusia, termasuk Jembatan Crimea yang strategis.
Menurut pihak berwenang Ukraina, serangan Rusia telah menghancurkan atau merusak hingga 40% infrastruktur energi negara itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan hal itu pada Minggu (6/11/2022). Pernyataannya menyusul serangan Rusia selama berminggu-minggu terhadap infrastruktur listrik Ukraina, setelah Moskow menuduh Kiev melakukan serangan “sabotase”.
Dalam pidatonya yang diposting di Telegram, Zelensky mencatat pada Minggu malam, pemadaman listrik berlanjut di Kiev dan enam wilayah Ukraina.
“Lebih dari 4,5 juta konsumen tanpa listrik. Kebanyakan dari mereka sekarang berada di Kiev dan wilayah Kiev. Ini benar-benar sulit," ujar dia.
Pemimpin Ukraina itu memberikan jaminan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan semua kemungkinan skenario energi.
"Apa pun yang diinginkan teroris, apa pun yang mereka cari, kita harus melewati musim dingin ini dan menjadi lebih kuat di musim semi daripada kita sekarang," tegas dia.
Dia mengklaim Rusia sedang memusatkan pasukannya dalam persiapan untuk serangan skala besar di infrastruktur penting Ukraina.
“Rusia membutuhkan rudal Iran untuk tujuan khusus ini,” papar Zelensky.
Dia menambahkan, “Ukraina sedang mempersiapkan tanggapan,” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Rusia dan Iran telah berulang kali menolak laporan bahwa Teheran memasok Moskow dengan rudal balistik untuk digunakan dalam konflik Ukraina.
Mengingat krisis energi yang mengerikan di Ukraina, Roman Tkachuk, direktur keamanan untuk pemerintah kota Kiev, mengatakan kepada New York Times pada Sabtu bahwa pemerintah setempat sedang mengerjakan rencana darurat untuk mengevakuasi sekitar tiga juta orang dari ibukota, jika terjadi peristiwa pemadaman listrik total karena serangan Rusia.
Ukraina telah mengalami pemadaman bergilir sejak Moskow melancarkan serangan terhadap fasilitas energinya, termasuk pembangkit listrik pada 10 Oktober.
Sebelumnya, Moskow menuduh Kiev menargetkan struktur Rusia, termasuk Jembatan Crimea yang strategis.
Menurut pihak berwenang Ukraina, serangan Rusia telah menghancurkan atau merusak hingga 40% infrastruktur energi negara itu.
(sya)