Rayu Korut Kembali Berunding, Utusan AS Tiba di Korsel

Selasa, 07 Juli 2020 - 17:50 WIB
loading...
Rayu Korut Kembali...
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un bertemu di perbatasan Korut-Korsel. Foto/CTV News
A A A
SEOUL - Seorang utusan Amerika Serikat (AS) tiba di Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (7/7/2020) dalam upaya untuk memperbarui pembicaraan nuklir yang terhenti dengan Korea Utara (Korut). Sebelumnya, Korut telah menyatakan tidak berniat untuk duduk satu meja dengan AS dan mengatakan kepada Korsel untuk berhenti ikut campur. (Baca: Korut Tutup Pintu Perundingan dengan AS )

Media melaporkan Deputi Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun, yang memimpin pembicaraan tingkat kerja dengan Korut, mendarat di pangkalan militer AS di selatan Seoul. Ia dijadwalkan akan bertemu dengan pejabat Korsel pada hari Rabu dan Kamis seperti dilansir dari Reuters.

Sebelumnya Direktur Jenderal untuk urusan AS di Kementerian Luar Negeri Korut, Kwon Jong-gun, menuduh Korsel salah menafsirkan pernyataan Korut yang menepis "rumor sebelum waktunya" tentang pertemuan puncak lain antara pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump.

Akhir pekan lalu, Korut mengatakan bahwa mereka tidak merasa perlu untuk KTT baru. Pernyataan ini keluar beberapa hari setelah Presiden Korsel Moon Jae-in, yang telah menawarkan untuk menengahi pembicaraan antara Kim dan Trump, menyarankan kedua pemimpin bertemu lagi sebelum pemilihan AS pada bulan November. (Baca: Korsel Berharap Trump dan Jong-un Kembali Bertemu Sebelum Pilpres AS )

"Ini adalah waktu bagi (Korsel) untuk berhenti mencampuri urusan orang lain, tetapi tampaknya tidak ada obat atau resep untuk kebiasaan buruknya," kata Kwon dalam sebuah pernyataan yang diwartakan oleh kantor berita resmi Korut, KCNA.

"Berbicara secara eksplisit sekali lagi, kita tidak punya niat untuk duduk berhadapan dengan Amerika Serikat," tegasnya.

Trump dan Kim bertemu untuk pertama kalinya pada tahun 2018 di Singapura, meningkatkan harapan untuk mengakhiri negosiasi program nuklir Korut. Namun KTT kedua mereka, pada 2019 di Vietnam, dan negosiasi tingkat kerja berikutnya berakhir berantakan.

Profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Yang Moo-jin, mengatakan pernyataan Kwon mencerminkan ketegangan antar-Korea yang masih berlangsung dan pandangan Korut bahwa masalah nuklir harus didiskusikan hanya dengan AS.

"(Pernyataan) itu juga menyarankan bahwa Korut akan membuang konsep negosiasi masa lalu di mana Korsel memainkan peran perantara, dan tidak akan kembali ke meja tanpa konsesi utama AS," kata Yang.

Biegun pekan lalu mengatakan bahwa ada waktu bagi kedua belah pihak untuk terlibat kembali dan "membuat kemajuan besar" tetapi pandemi novel Corona virus akan membuat pertemuan puncak secara langsung sebelum pemilihan presiden AS pada 3 November sulit dilangsungkan.

Virus Corona juga telah mempersulit kunjungan Biegun yang lebih pribadi.

Sebuah surat kabar melaporkan bahwa karena wabah itu, utusan itu tidak akan mengunjungi restoran sup ayam Korea yang telah menjadi perhentian reguler pada kunjungan sebelumnya, dan sebaliknya telah mengatur agar hidangan disiapkan di kediaman duta besar AS.

Bulan lalu, Korut tiba-tiba meningkatkan ketegangan dengan Korsel dan meledakkan kantor penghubung bersama, tepat di samping perbatasan, sebelum tiba-tiba menunda rencana untuk tindakan militer yang tidak ditentukan. (Baca: Korut Ledakkan Kantor Penghubung Dua Korea, Waswas Perang Pecah )
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
7 Fakta Donald Trump...
7 Fakta Donald Trump Memecat Tentara Transgender AS, dari 12.000 Prajurit LGBT hingga Bumerang Kepalsuan
7 Negara yang Berebut...
7 Negara yang Berebut Kekuasaan di Arktik, Rusia Jadi Jagoannya
Profil Linda McMahon,...
Profil Linda McMahon, Menteri Pendidikan AS Era Trump yang Pecat 50 Persen Pegawainya
Profil Mahmoud Khalil,...
Profil Mahmoud Khalil, Aktivis Muslim AS yang Ditangkap karena Menentang Kebijakan Donald Trump
Rekomendasi
PSI Yakin Ada Alasan...
PSI Yakin Ada Alasan Kuat di Balik Penundaan Pengangkatan CPNS dan PPPK
Ketika Prabowo Cari...
Ketika Prabowo Cari Jaksa Agung: Nggak Hadir Ya, Lagi Ngejar-ngejar Orang
Kisah Hikmah : Nilai...
Kisah Hikmah : Nilai Umur Manusia di Bulan Ramadan
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
18 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
57 menit yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
2 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
Negara Paling Korup...
Negara Paling Korup di Asia Tenggara versi Transparency International
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved