China: AS Harus Bertanggung Jawab atas Rusaknya Diplomasi Perubahan Iklim
loading...
A
A
A
BEIJING - Diplomasi perubahan iklim antara China dan Amerika Serikat (AS) tidak dapat dipisahkan dari ketegangan politik yang lebih luas antara kedua belah pihak. Dan, Washington harus bertanggung jawab atas kegagalan pembicaraan, kata Kementerian Luar Negeri China.
Hampir 200 negara akan berkumpul di Sharm El-Sheikh, Mesir untuk putaran lain negosiasi iklim global. Tetapi, ketegangan diplomatik antara dua sumber terbesar gas rumah kaca pemanasan iklim telah mengancam untuk membayangi pertemuan, yang dikenal sebagai COP27.
Perjanjian dan deklarasi bersama oleh Beijing dan Washington membantu mendorong Perjanjian Paris yang penting pada tahun 2015, tetapi China menangguhkan semua diskusi bilateral pada bulan Agustus setelah kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi ke Taiwan, sebuah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaim China.
"China dan Amerika Serikat sebelumnya mengembangkan kerja sama yang baik di bidang perubahan iklim, bekerja sama untuk mencapai dan memberlakukan Perjanjian Paris," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan, Kamis (3/11/2022) malam.
“Pada saat yang sama, kerja sama iklim China-AS tidak dapat dipisahkan dari iklim hubungan bilateral yang luas,” tambah juru bicara itu. Ia mencatat bahwa “pelanggaran serius kedaulatan China” Pelosi di Taiwan telah membuat China tidak punya pilihan selain menunda pembicaraan. “Pihak Amerika Serikat harus bertanggung jawab untuk ini,” lanjutnya.
Ditambahkan pula, China belum menangguhkan kerja sama dengan negara lain dan akan terus mendukung proses negosiasi iklim multilateral. “China bersedia berkomunikasi dan berkoordinasi dengan semua pihak untuk memastikan COP27 berhasil,” tambah jubir tersebut.
Ekspektasi menjelang COP27 sudah rendah di tengah kekhawatiran global tentang pasokan energi yang dibawa oleh invasi Rusia ke Ukraina, dan memburuknya hubungan China-AS telah mendorong ekspektasi tersebut lebih rendah lagi, kata para ahli.
“Kolaborasi AS-China dalam komitmen iklim adalah sesuatu yang sangat membantu di masa lalu,” kata Frank Jotzo, direktur Pusat Kebijakan Iklim dan Energi di Australian National University. "Itu tidak ada lagi, dan tidak ada banyak prospek untuk muncul kembali," katanya pada briefing Kamis.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
Hampir 200 negara akan berkumpul di Sharm El-Sheikh, Mesir untuk putaran lain negosiasi iklim global. Tetapi, ketegangan diplomatik antara dua sumber terbesar gas rumah kaca pemanasan iklim telah mengancam untuk membayangi pertemuan, yang dikenal sebagai COP27.
Perjanjian dan deklarasi bersama oleh Beijing dan Washington membantu mendorong Perjanjian Paris yang penting pada tahun 2015, tetapi China menangguhkan semua diskusi bilateral pada bulan Agustus setelah kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi ke Taiwan, sebuah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri yang diklaim China.
"China dan Amerika Serikat sebelumnya mengembangkan kerja sama yang baik di bidang perubahan iklim, bekerja sama untuk mencapai dan memberlakukan Perjanjian Paris," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan, Kamis (3/11/2022) malam.
“Pada saat yang sama, kerja sama iklim China-AS tidak dapat dipisahkan dari iklim hubungan bilateral yang luas,” tambah juru bicara itu. Ia mencatat bahwa “pelanggaran serius kedaulatan China” Pelosi di Taiwan telah membuat China tidak punya pilihan selain menunda pembicaraan. “Pihak Amerika Serikat harus bertanggung jawab untuk ini,” lanjutnya.
Ditambahkan pula, China belum menangguhkan kerja sama dengan negara lain dan akan terus mendukung proses negosiasi iklim multilateral. “China bersedia berkomunikasi dan berkoordinasi dengan semua pihak untuk memastikan COP27 berhasil,” tambah jubir tersebut.
Ekspektasi menjelang COP27 sudah rendah di tengah kekhawatiran global tentang pasokan energi yang dibawa oleh invasi Rusia ke Ukraina, dan memburuknya hubungan China-AS telah mendorong ekspektasi tersebut lebih rendah lagi, kata para ahli.
“Kolaborasi AS-China dalam komitmen iklim adalah sesuatu yang sangat membantu di masa lalu,” kata Frank Jotzo, direktur Pusat Kebijakan Iklim dan Energi di Australian National University. "Itu tidak ada lagi, dan tidak ada banyak prospek untuk muncul kembali," katanya pada briefing Kamis.
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
(esn)