Permaisuri ISIS yang Siksa Anak-anaknya untuk Kepuasan Seks Dipenjara 20 Tahun

Kamis, 03 November 2022 - 13:59 WIB
loading...
Permaisuri ISIS yang...
Allison Fluke-Ekren (42), wanita AS yang jadi pemimpin batalion perempuan ISIS di Suriah dihukum penjara 20 tahun oleh pengadilan Amerika. Foto/via New York Post
A A A
WASHINGTON - Allison Fluke-Ekren, mantan guru sekolah di Amerika Serikat (AS) yang dijuluki " Permaisuri ISIS " telah dijatuhi hukuman penjara 20 tahun oleh pengadilan Amerika, kemarin.

Dia dijuluki "Permaisuri ISIS" karena telah memimpin skuad milisi perempuan kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah.

Dalam kesepakatan pembelaan di pengadilan, Allison Fluke-Ekren mengakui satu tuduhan berkonspirasi untuk memberikan dukungan kepada kelompok teroris ISIS.

Dia mengatakan kepada seorang hakim di ruang sidang federal di Alexandria, Virginia, bahwa dia tidak tahu jika beberapa dari 100 perempuan yang dia pimpin dan latih untuk menggunakan senjata dan bahan peledak ada yang berusia 10 tahun.



Selama bertahun-tahun bekerja dengan ISIS dan lainnya untuk mengobarkan "jihad kekerasan", Fluke-Ekren mendiskusikan rencana serangan teroris di Barat dan melatih perempuan lain tentang cara menggunakan senapan serbu AK-47, granat, dan sabuk bom bunuh diri.

Wanita berusia 42 tahun ini, yang dibesarkan di sebuah peternakan di Overbrook, Kansas, dijatuhi hukuman maksimum setelah mengaku bersalah atas tuduhan yang terkait dengan "kejahatan terorisme" yang dilakukannya.

Selama sidang vonis, pengadilan mendengar laporan mengerikan dari anak-anaknya sendiri, yang menggambarkannya sebagai "monster" yang menyiksa mereka untuk kesenangan seksual.

Jaksa Raj Parekh menyebut Fluke-Ekren sebagai "Permaisuri ISIS" yang mencuci otak gadis-gadis muda dan melatih mereka untuk membunuh.

“Dia menjadi visioner yang menyesatkan untuk ISIS,” katanya kepada hakim pengadilan bahwa dia memiliki misi untuk menciptakan batalion yang semuanya perempuan, seperti dikutip The Mirror, Kamis (3/11/2022).

"Dia tertarik pada kematian dan kehancuran," kata jaksa.

Parekh juga mengatakan bahwa Fluke-Ekren telah berulang kali berbohong kepada pemerintah AS dan menolak untuk bekerja sama, dengan mengatakan bahwa dia bisa menjadi "tambang emas intelijen".

Salah satu putrinya, Leyla Ekren, yang membantu pemerintah AS dalam kasusnya melawan ibunya, bersaksi bahwa ibunya telah melecehkan dia dan saudara-saudaranya sebagai "budak seks".

“Ingat seperti apa Anda pada usia 10 atau 15 tahun,” kata Ekren, mengatakan kepada hakim bahwa dia diberikan sebagai pengantin untuk seorang milisi ISIS, yang dia sebut beberapa kali sebagai “pemerkosa saya”.

Dia mengatakan ibunya membiarkan pelecehannya untuk mendapatkan lebih banyak kekuasaan di ISIS.

Dalam sebuah surat, putra Fluke-Ekren mengatakan kepada hakim: "Ibu saya adalah monster yang suka menyiksa anak-anak untuk kesenangan seksual. Ibu saya adalah monster yang sangat ahli dalam memanipulasi dan mengendalikan emosinya untuk keuntungannya.

"Ibu saya adalah monster tanpa cinta untuk anak-anaknya, tanpa alasan untuk tindakannya."

Fluke-Ekren ditangkap di Suriah awal tahun ini sebelum dipindahkan ke tahanan AS.

Menurut dokumen pengadilan, mantan guru, yang juga menggunakan nama Umm Mohammed al-Amriki, pindah ke Suriah pada 2012 dan menikah dengan seorang pemimpin ISIS yang terkenal.

“Tindakan Fluke-Ekren yang terkait dengan ISIS termasuk, tetapi tidak terbatas pada, perencanaan dan perekrutan operator untuk kemungkinan serangan di masa depan di kampus perguruan tinggi di Amerika Serikat dan menjabat sebagai pemimpin yang ditunjuk dan penyelenggara batalion militer ISIS yang berlokasi di Suriah, yang dikenal sebagai Khatiba Nusaybah, untuk melatih perempuan tentang penggunaan senapan serbu AK-47 otomatis, granat, dan sabuk bom bunuh diri," bunyi dokumen pengadilan yang diajukan pada Januari.

Jaksa mengatakan dia memberikan layanan kepada anggota ISIS, termasuk penginapan, menerjemahkan pidato yang dibuat oleh para pemimpin ISIS, mengajar doktrin ekstremis ISIS dan melatih anak-anak untuk membunuh.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1337 seconds (0.1#10.140)