AS-Korsel Latihan Serangan Udara 240 Pesawat, Ini Respons Korut
loading...
A
A
A
SEOUL - Pemerintah Korea Utara (Korut) yang dipimpin Kim Jong-un merespons keras latihan serangan udara gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).
Manuver yang diberi nama "Vigilant Storm" ini melibatkan sekitar 240 pesawat, termasuk jet tempur siluman F-35.
Kementerian Luar Negeri Korut pada Selasa (1/11/2022) menggambarkan latihan gabungan Washington-Seoul tersebut sebagai provokasi militer tanpa henti dan sembrono yang dirancang untuk mempersiapkan serangan terhadap Korea Utara.
"Latihan udara gabungan—[tanda] sedang dalam persiapan untuk agresi yang terutama ditujukan untuk menyerang sasaran strategis DPRK," kata kementerian itu melalui seorang juru bicaranya yang dikutip KCNA.
DPRK adalah akronim untuk nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
“Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer yang serius, DPRK akan mempertimbangkan langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat,” lanjut juru bicara tersebut.
"Pyongyang siap dan bersedia untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya, keamanan rakyat, dan integritas teritorial dari ancaman militer luar.”
Pada hari Jumat pekan lalu, Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Jepang, yang terbaru dalam serangkaian peluncuran rudal selama beberapa minggu terakhir yang menandai peningkatan ketegangan yang mengkhawatirkan. Manuver Pyongyang itu menunjukkan keinginan Korea Utara yang meningkat untuk melenturkan otot militernya.
Pyongyang juga telah meningkatkan retorikanya tentang senjata nuklir, baru-baru ini mengadopsi doktrin nuklir yang mengizinkan serangan nuklir preemptive dalam situasi krisis yang didefinisikan secara longgar.
Seoul dan Washington telah berulang kali memperingatkan bahwa Pyongyang diduga bersiap untuk melakukan uji coba bom atom untuk pertama kalinya sejak 2017.
Pekan lalu, AS, Korea Selatan dan Jepang memperingatkan bahwa respons “tak tertandingi” akan diperlukan jika Korea Utara menguji senjata nuklir.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pada hari Senin bahwa Washington tidak akan mengakui Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir dan kebijakan AS tetap merupakan denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea.
“Kami terus menjangkau DRPK dan berkomitmen untuk melakukan pendekatan diplomatik,” kata Price.
“Kami tentu ingin melihat DPRK terlibat dalam dialog yang serius dan substansial mengenai hal ini. Sampai sekarang mereka belum melakukannya. Kami sudah jelaskan, kami tidak memiliki prasyarat untuk berdialog, sepertinya DPRK mungkin berada di posisi yang berbeda,” katanya.
Peringatan Pyongyang tentang respons kuat pada hari ini muncul ketika sekitar 240 pesawat AS dan Korea Selatan berpartisipasi dalam latihan serangan udara Vigilant Storm, yang dimulai pada hari Senin dan berlanjut hingga Jumat mendatang.
Menurut laporan Yonhap, AS telah mengerahkan sekitar 100 pesawat ke lokasi latihan, termasuk empat pesawat tempur siluman F-35B dari Skuadron Serangan Tempur Marinir AS yang berbasis di Jepang, serta pesawat perang elektronik EA-18, pesawat tanker KC-135 dan pesawat pengintai U-2.
Sedangkan Korea Selatan mengerahkan 140 pesawat untuk latihan tersebut, termasuk pesawat tempur siluman F-35A serta pesawat tempur F-15K dan KF-16.
Militer Korea Selatan juga baru saja menyelesaikan latihan militer “Hoguk” selama 12 hari yang diadakan setiap tahun dan melibatkan pasukan AS.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Manuver yang diberi nama "Vigilant Storm" ini melibatkan sekitar 240 pesawat, termasuk jet tempur siluman F-35.
Kementerian Luar Negeri Korut pada Selasa (1/11/2022) menggambarkan latihan gabungan Washington-Seoul tersebut sebagai provokasi militer tanpa henti dan sembrono yang dirancang untuk mempersiapkan serangan terhadap Korea Utara.
"Latihan udara gabungan—[tanda] sedang dalam persiapan untuk agresi yang terutama ditujukan untuk menyerang sasaran strategis DPRK," kata kementerian itu melalui seorang juru bicaranya yang dikutip KCNA.
DPRK adalah akronim untuk nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
“Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer yang serius, DPRK akan mempertimbangkan langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat,” lanjut juru bicara tersebut.
"Pyongyang siap dan bersedia untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya, keamanan rakyat, dan integritas teritorial dari ancaman militer luar.”
Pada hari Jumat pekan lalu, Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Jepang, yang terbaru dalam serangkaian peluncuran rudal selama beberapa minggu terakhir yang menandai peningkatan ketegangan yang mengkhawatirkan. Manuver Pyongyang itu menunjukkan keinginan Korea Utara yang meningkat untuk melenturkan otot militernya.
Pyongyang juga telah meningkatkan retorikanya tentang senjata nuklir, baru-baru ini mengadopsi doktrin nuklir yang mengizinkan serangan nuklir preemptive dalam situasi krisis yang didefinisikan secara longgar.
Seoul dan Washington telah berulang kali memperingatkan bahwa Pyongyang diduga bersiap untuk melakukan uji coba bom atom untuk pertama kalinya sejak 2017.
Pekan lalu, AS, Korea Selatan dan Jepang memperingatkan bahwa respons “tak tertandingi” akan diperlukan jika Korea Utara menguji senjata nuklir.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pada hari Senin bahwa Washington tidak akan mengakui Korea Utara sebagai negara bersenjata nuklir dan kebijakan AS tetap merupakan denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea.
“Kami terus menjangkau DRPK dan berkomitmen untuk melakukan pendekatan diplomatik,” kata Price.
“Kami tentu ingin melihat DPRK terlibat dalam dialog yang serius dan substansial mengenai hal ini. Sampai sekarang mereka belum melakukannya. Kami sudah jelaskan, kami tidak memiliki prasyarat untuk berdialog, sepertinya DPRK mungkin berada di posisi yang berbeda,” katanya.
Peringatan Pyongyang tentang respons kuat pada hari ini muncul ketika sekitar 240 pesawat AS dan Korea Selatan berpartisipasi dalam latihan serangan udara Vigilant Storm, yang dimulai pada hari Senin dan berlanjut hingga Jumat mendatang.
Menurut laporan Yonhap, AS telah mengerahkan sekitar 100 pesawat ke lokasi latihan, termasuk empat pesawat tempur siluman F-35B dari Skuadron Serangan Tempur Marinir AS yang berbasis di Jepang, serta pesawat perang elektronik EA-18, pesawat tanker KC-135 dan pesawat pengintai U-2.
Sedangkan Korea Selatan mengerahkan 140 pesawat untuk latihan tersebut, termasuk pesawat tempur siluman F-35A serta pesawat tempur F-15K dan KF-16.
Militer Korea Selatan juga baru saja menyelesaikan latihan militer “Hoguk” selama 12 hari yang diadakan setiap tahun dan melibatkan pasukan AS.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(min)