Rusia: Ukraina Mungkin Gunakan Pemerasan Nuklir untuk Dapat Uang Barat
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia menuding Ukraina sedang mencoba mengekstrak lebih banyak bantuan keuangan dan militer dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat lainnya dengan menggunakan "pemerasan nuklir".
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia juga mengungkap kemungkinan penggunaan bom kotor terhadap rakyatnya sendiri untuk meningkatkan krisis di Eropa Timur.
"Mungkin salah satu alasan Kiev menggunakan pemerasan nuklir adalah untuk memeras lebih banyak bantuan keuangan Barat, termasuk sejumlah besar uang yang masuk ke rekening bank mereka sendiri, dan bantuan militer untuk melindungi diri mereka sendiri, daripada rakyat Ukraina," papar juru bicara Kemlu Rusia Maria Zakharova kepada wartawan di Moskow.
Zakharova mencatat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak NATO awal bulan ini untuk melakukan serangan nuklir pre-emptive terhadap Rusia.
Zelensky bersikeras sindirannya tentang serangan pendahuluan NATO di Rusia telah salah diterjemahkan, dan dia benar-benar bermaksud "tendangan pencegahan."
“Dia bersedia memulai konfrontasi nuklir. Sekarang presiden Ukraina mengulurkan tangannya untuk senjata nuklir. Untungnya, dia tidak memilikinya,” tegas Zakharova.
Sementara Ukraina tidak memiliki hulu ledak nuklir, Moskow menuduh pemerintah Zelensky membangun “bom kotor” dan berencana menggunakannya dalam serangan bendera palsu yang akan disalahkan pada Rusia untuk memprovokasi peningkatan keterlibatan Barat dalam konflik.
Perangkat semacam itu dapat digunakan untuk menyebarkan bahan radioaktif ke seluruh area yang ditargetkan. Ukraina dan sekutunya telah menolak klaim Rusia sebagai "tidak masuk akal."
“Rezim Kiev menunjukkan kepada para sponsornya… bahwa jika mereka tidak terus memberikan dan meningkatkan bantuan mereka, itu akan berlanjut ke Rencana B,” ujar Zakharova.
Dia menambahkan, “Kami mendesak Barat untuk menggunakan pengaruhnya dengan bawahan Ukraina dan memberitahu mereka untuk berbalik dari ide berbahaya dan sembrono ini dan semua tindakan yang berasal dari pemerasan nuklir. Itu bisa memiliki konsekuensi yang tidak dapat diubah, termasuk kemungkinan hilangnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah secara massal.”
AS dan sekutunya telah memberikan sekitar USD42,3 miliar bantuan militer ke Ukraina, termasuk USD28,3 miliar dari Washington saja.
Para pemimpin Uni Eropa telah menyarankan miliaran dolar dalam pendanaan harus disediakan selama beberapa dekade untuk membantu pemulihan Ukraina, setidaknya sebagian dengan melikuidasi aset Rusia yang dirampas.
"Pejabat Ukraina berhenti menyembunyikan keinginan mereka mencari uang sejak lama, dan hanya menyambut tawaran ini," papar Zakharova.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam para pemimpin Ukraina karena mengakui membiarkan negara mereka digunakan sebagai tempat uji coba bagi para kontraktor pertahanan Barat, mengetahui warga negara mereka sendiri akan menanggung akibatnya.
“Bahkan para sadis dan pembunuh anak yang paling mengerikan di masa lalu tidak pernah menyarankan menguji senjata pada warga negara mereka yang membela negara mereka sendiri,” ujar dia.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia juga mengungkap kemungkinan penggunaan bom kotor terhadap rakyatnya sendiri untuk meningkatkan krisis di Eropa Timur.
"Mungkin salah satu alasan Kiev menggunakan pemerasan nuklir adalah untuk memeras lebih banyak bantuan keuangan Barat, termasuk sejumlah besar uang yang masuk ke rekening bank mereka sendiri, dan bantuan militer untuk melindungi diri mereka sendiri, daripada rakyat Ukraina," papar juru bicara Kemlu Rusia Maria Zakharova kepada wartawan di Moskow.
Zakharova mencatat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak NATO awal bulan ini untuk melakukan serangan nuklir pre-emptive terhadap Rusia.
Zelensky bersikeras sindirannya tentang serangan pendahuluan NATO di Rusia telah salah diterjemahkan, dan dia benar-benar bermaksud "tendangan pencegahan."
“Dia bersedia memulai konfrontasi nuklir. Sekarang presiden Ukraina mengulurkan tangannya untuk senjata nuklir. Untungnya, dia tidak memilikinya,” tegas Zakharova.
Sementara Ukraina tidak memiliki hulu ledak nuklir, Moskow menuduh pemerintah Zelensky membangun “bom kotor” dan berencana menggunakannya dalam serangan bendera palsu yang akan disalahkan pada Rusia untuk memprovokasi peningkatan keterlibatan Barat dalam konflik.
Perangkat semacam itu dapat digunakan untuk menyebarkan bahan radioaktif ke seluruh area yang ditargetkan. Ukraina dan sekutunya telah menolak klaim Rusia sebagai "tidak masuk akal."
“Rezim Kiev menunjukkan kepada para sponsornya… bahwa jika mereka tidak terus memberikan dan meningkatkan bantuan mereka, itu akan berlanjut ke Rencana B,” ujar Zakharova.
Dia menambahkan, “Kami mendesak Barat untuk menggunakan pengaruhnya dengan bawahan Ukraina dan memberitahu mereka untuk berbalik dari ide berbahaya dan sembrono ini dan semua tindakan yang berasal dari pemerasan nuklir. Itu bisa memiliki konsekuensi yang tidak dapat diubah, termasuk kemungkinan hilangnya nyawa warga sipil yang tidak bersalah secara massal.”
AS dan sekutunya telah memberikan sekitar USD42,3 miliar bantuan militer ke Ukraina, termasuk USD28,3 miliar dari Washington saja.
Para pemimpin Uni Eropa telah menyarankan miliaran dolar dalam pendanaan harus disediakan selama beberapa dekade untuk membantu pemulihan Ukraina, setidaknya sebagian dengan melikuidasi aset Rusia yang dirampas.
"Pejabat Ukraina berhenti menyembunyikan keinginan mereka mencari uang sejak lama, dan hanya menyambut tawaran ini," papar Zakharova.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam para pemimpin Ukraina karena mengakui membiarkan negara mereka digunakan sebagai tempat uji coba bagi para kontraktor pertahanan Barat, mengetahui warga negara mereka sendiri akan menanggung akibatnya.
“Bahkan para sadis dan pembunuh anak yang paling mengerikan di masa lalu tidak pernah menyarankan menguji senjata pada warga negara mereka yang membela negara mereka sendiri,” ujar dia.
(sya)