Bela Riyadh, Turki Sebut AS Menindas Arab Saudi soal Minyak
loading...
A
A
A
Turki menilai tindakan Amerika tidak bisa dibenarkan.
“Kami melihat ada negara yang mengancam Arab Saudi, terutama baru-baru ini. Penindasan ini tidak benar,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada konferensi pers di Turki selatan pada hari Jumat, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (22/10/2022).
“Kami pikir tidak tepat bagi AS untuk menggunakannya sebagai elemen tekanan terhadap Arab Saudi atau negara lain dengan cara ini," lanjut diplomat top Turki tersebut.
AS, yang terus menekan Arab Saudi untuk membatalkan keputusan OPEC+ dan meningkatkan produksi minyak, menuduh Riyadh memihak pada Rusia. Alasannya langkah OPEC+ akan semakin menguntungkan Moskow yang sedang membiayai perangnya di Ukraina.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan keputusan OPEC+ murni ekonomi dan diambil dengan suara bulat oleh negara-negara anggotanya.
Kerajaan Arab Saudi juga membantah tuduhan Amerika bahwa Riyadh memihak Rusia atas invasinya ke Ukraina yang didukung Barat.
Kerajaan bersikeras bahwa mereka telah mempertahankan “posisi berprinsip” dalam mendukung hukum internasional.
Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman baru-baru ini mengatakan dia “terkejut” dengan tuduhan bahwa kerajaan berpihak pada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.
Ancaman AS juga membuat pangeran Arab Saudi lainnya,Saud al-Shaalan, geram. Melalui video, dia balas mengancam Barat dengan "proyek jihad dan mati syahid".
Pangeran Saud adalah sepupu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
“Kami melihat ada negara yang mengancam Arab Saudi, terutama baru-baru ini. Penindasan ini tidak benar,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada konferensi pers di Turki selatan pada hari Jumat, yang dilansir Al Jazeera, Sabtu (22/10/2022).
“Kami pikir tidak tepat bagi AS untuk menggunakannya sebagai elemen tekanan terhadap Arab Saudi atau negara lain dengan cara ini," lanjut diplomat top Turki tersebut.
AS, yang terus menekan Arab Saudi untuk membatalkan keputusan OPEC+ dan meningkatkan produksi minyak, menuduh Riyadh memihak pada Rusia. Alasannya langkah OPEC+ akan semakin menguntungkan Moskow yang sedang membiayai perangnya di Ukraina.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan keputusan OPEC+ murni ekonomi dan diambil dengan suara bulat oleh negara-negara anggotanya.
Kerajaan Arab Saudi juga membantah tuduhan Amerika bahwa Riyadh memihak Rusia atas invasinya ke Ukraina yang didukung Barat.
Kerajaan bersikeras bahwa mereka telah mempertahankan “posisi berprinsip” dalam mendukung hukum internasional.
Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman baru-baru ini mengatakan dia “terkejut” dengan tuduhan bahwa kerajaan berpihak pada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina.
Ancaman AS juga membuat pangeran Arab Saudi lainnya,Saud al-Shaalan, geram. Melalui video, dia balas mengancam Barat dengan "proyek jihad dan mati syahid".
Pangeran Saud adalah sepupu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.