Boris Johnson Rancang Langkah Kembali Berkuasa di Inggris
loading...
A
A
A
LONDON - Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dilaporkan merencanakan untuk kembali berkuasa di 10 Downing Street.
Johnson ingin menggantikan Liz Truss setelah mundur hanya 44 hari setelah menjadi PM Inggris.
Beberapa anggota parlemen Partai Konservatif (Tory) sudah menyarankan agar Johnson dibawa kembali sebagai perdana menteri, menurut laporan pada Kamis (20/10/2022) oleh Times of London dan outlet media lainnya.
“Johnson yang sedang berlibur di Republik Dominika, sedang mempertimbangkan apakah akan menyelesaikan liburan seperti yang direncanakan atau terbang kembali (ke Inggris) dan memasuki kembali keributan politik," papar laporan Times, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Truss, yang sebelumnya adalah menteri luar negeri Inggris di pemerintahan yang dipimpin Johnson, mengundurkan diri pada Kamis setelah inisiatif perpajakan dan ekonominya mengguncang pasar keuangan dan menyebabkan poundsterling Inggris anjlok.
Dia menjadi PM terpendek dalam sejarah Inggris, memecahkan rekor hampir dua abad yang dipegang George Canning, yang meninggal dunia setelah hanya 119 hari menjabat.
Hal ini jelas menjadi pukulan keras bagi Truss yang sejak awal sesumbar dengan berbagai janji politik di dalam dan luar negeri.
Tories berencana memilih pemimpin baru pada akhir pekan depan, mempercepat proses yang memakan waktu dua bulan setelah pengunduran diri Johnson pada Juli.
Oposisi Partai Buruh telah menyerukan pemilihan umum segera. Pemilihan umum terakhir Inggris diadakan pada 2019, ketika Johnson berkuasa.
Mengingat posisi mayoritasnya di House of Commons, Partai Konservatif dapat menunda pemilihan umum berikutnya hingga akhir Januari 2025.
Proses pemilihan pemimpin baru Partai Konservatif bisa selesai paling cepat Senin karena Tories dikabarkan hanya akan mempertimbangkan calon yang diajukan oleh minimal 100 anggota parlemen.
Artinya paling banyak ada tiga calon PM yang akan maju. Jika hanya satu orang yang mendapatkan jumlah nominasi yang diperlukan pada Senin, dia akan menjadi PM secara default.
Johnson mengundurkan diri di bawah tekanan menyusul serangkaian skandal, termasuk kegagalan Partygate, di mana kantornya mengadakan pesta-pesta dengan minuman alkohol di Downing Street dan Whitehall selama penguncian Covid-19 nasional pada 2020 dan 2021.
“Namun, bahkan pada saat itu dia setuju untuk mundur, Johnson sudah mempertimbangkan pencalonan lain untuk PM selanjutnya dengan harapan bahwa penggantinya akan menjadi ‘bencana’," papar laporan Sunday Times pada Juli.
PM baru akan mewarisi kondisi ekonomi yang merosot, tingkat inflasi tertinggi Inggris dalam 40 tahun dan kemarahan publik pada Partai Konservatif.
Pengganti Truss juga akan mengambil alih kepemimpinan di tengah krisis energi yang diperburuk oleh dukungan Inggris untuk Kiev dalam konflik Rusia-Ukraina.
Berbagai tugas berat untuk PM baru mendatang itu menjadi tantangan besar bagi siapa pun yang akan menjabat.
Johnson ingin menggantikan Liz Truss setelah mundur hanya 44 hari setelah menjadi PM Inggris.
Beberapa anggota parlemen Partai Konservatif (Tory) sudah menyarankan agar Johnson dibawa kembali sebagai perdana menteri, menurut laporan pada Kamis (20/10/2022) oleh Times of London dan outlet media lainnya.
“Johnson yang sedang berlibur di Republik Dominika, sedang mempertimbangkan apakah akan menyelesaikan liburan seperti yang direncanakan atau terbang kembali (ke Inggris) dan memasuki kembali keributan politik," papar laporan Times, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Truss, yang sebelumnya adalah menteri luar negeri Inggris di pemerintahan yang dipimpin Johnson, mengundurkan diri pada Kamis setelah inisiatif perpajakan dan ekonominya mengguncang pasar keuangan dan menyebabkan poundsterling Inggris anjlok.
Dia menjadi PM terpendek dalam sejarah Inggris, memecahkan rekor hampir dua abad yang dipegang George Canning, yang meninggal dunia setelah hanya 119 hari menjabat.
Hal ini jelas menjadi pukulan keras bagi Truss yang sejak awal sesumbar dengan berbagai janji politik di dalam dan luar negeri.
Tories berencana memilih pemimpin baru pada akhir pekan depan, mempercepat proses yang memakan waktu dua bulan setelah pengunduran diri Johnson pada Juli.
Oposisi Partai Buruh telah menyerukan pemilihan umum segera. Pemilihan umum terakhir Inggris diadakan pada 2019, ketika Johnson berkuasa.
Mengingat posisi mayoritasnya di House of Commons, Partai Konservatif dapat menunda pemilihan umum berikutnya hingga akhir Januari 2025.
Proses pemilihan pemimpin baru Partai Konservatif bisa selesai paling cepat Senin karena Tories dikabarkan hanya akan mempertimbangkan calon yang diajukan oleh minimal 100 anggota parlemen.
Artinya paling banyak ada tiga calon PM yang akan maju. Jika hanya satu orang yang mendapatkan jumlah nominasi yang diperlukan pada Senin, dia akan menjadi PM secara default.
Johnson mengundurkan diri di bawah tekanan menyusul serangkaian skandal, termasuk kegagalan Partygate, di mana kantornya mengadakan pesta-pesta dengan minuman alkohol di Downing Street dan Whitehall selama penguncian Covid-19 nasional pada 2020 dan 2021.
“Namun, bahkan pada saat itu dia setuju untuk mundur, Johnson sudah mempertimbangkan pencalonan lain untuk PM selanjutnya dengan harapan bahwa penggantinya akan menjadi ‘bencana’," papar laporan Sunday Times pada Juli.
PM baru akan mewarisi kondisi ekonomi yang merosot, tingkat inflasi tertinggi Inggris dalam 40 tahun dan kemarahan publik pada Partai Konservatif.
Pengganti Truss juga akan mengambil alih kepemimpinan di tengah krisis energi yang diperburuk oleh dukungan Inggris untuk Kiev dalam konflik Rusia-Ukraina.
Berbagai tugas berat untuk PM baru mendatang itu menjadi tantangan besar bagi siapa pun yang akan menjabat.
(sya)