Bangkrut Akibat Biaya Tinggi, Banyak Rumah Sakit di Jerman Terancam Tutup
loading...
A
A
A
BERLIN - Banyak rumah sakit di Jerman terancam bangkrut karena melonjaknya harga energi dan inflasi. Hal itu bisa dicegah jika pemerintah federal memberikan bantuan.
Peringatan itu diungkapkan Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach pada Minggu (16/10/2022).
“Jika kita tidak bereaksi dengan cepat dan sangat drastis, akan ada penutupan,” papar Lauterbach kepada penyiar negara ARD.
Dia menambahkan, “Rumah sakit akan menghadapi masalah likuiditas yang sangat drastis dalam beberapa bulan ke depan.”
Federasi Rumah Sakit Jerman pekan lalu mengeluh kesenjangan pendanaan bisa bertambah hingga sekitar 15 miliar euro pada 2022 dan 2023.
Meski demikian, Lauterbach menepis perkiraan itu, dengan mengatakan tidak ada yang bisa memprediksi seberapa mahal listrik tahun depan.
Federasi, bagaimanapun, mengatakan biaya energi tambahan hanya sekitar sepertiga dari jumlah itu, sementara sisanya adalah "kenaikan biaya material yang tidak dibiayai kembali" karena inflasi yang melonjak.
Menteri kesehatan akan bertemu Menteri Keuangan Christian Lindner pada Selasa untuk membahas potensi bentuk bantuan yang dapat diberikan pemerintah.
Namun untuk saat ini belum ada pembentukan dana federal khusus untuk membantu menjaga fasilitas kesehatan tetap berjalan.
“Rumah sakit berada dalam situasi yang sangat khusus, tetapi kami tidak dapat membuat dana khusus yang terpisah untuk setiap bidang,” ujar dia.
Inflasi tahunan di Jerman terus meningkat dua digit, meningkat menjadi 10,9% pada September, menurut data final dari Kantor Statistik Federal (Destatis) pada Kamis.
“Tingkat inflasi telah mencapai tertinggi sepanjang masa sejak reunifikasi Jerman," ungkap Presiden Destatis Georg Thiel.
Dia mengutip "kenaikan harga yang sangat besar" untuk produk energi, serta biaya makanan, sebagai alasan utama inflasi yang tinggi.
Ekonom terkemuka Jerman baru-baru ini memperingatkan meroketnya harga gas dapat mendorong ekonomi terbesar Uni Eropa ke dalam resesi.
Mereka memperkirakan Jerman akan menjadi salah satu negara yang paling parah terkena dampak perlambatan ekonomi global tahun depan.
Uni Eropa saat ini sedang berjuang dengan krisis energi yang parah, dengan harga gas mencapai tingkat rekor, menaikkan inflasi secara keseluruhan.
Rusia pernah memenuhi lebih dari 40% kebutuhan gas UE, sebelum dimulainya operasi militernya di Ukraina dan sanksi berikutnya.
Pasokan telah turun secara dramatis tahun ini, memperburuk krisis energi karena blok tersebut berusaha mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia dan menghukum Moskow.
Raksasa energi Jerman EnBW AG mengumumkan pada Selasa bahwa harga gas untuk rumah tangga akan naik lagi rata-rata 38%, mulai 1 Desember.
Pengumuman tersebut muncul sekitar tiga bulan setelah kenaikan sebelumnya berlaku.
Peringatan itu diungkapkan Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach pada Minggu (16/10/2022).
“Jika kita tidak bereaksi dengan cepat dan sangat drastis, akan ada penutupan,” papar Lauterbach kepada penyiar negara ARD.
Dia menambahkan, “Rumah sakit akan menghadapi masalah likuiditas yang sangat drastis dalam beberapa bulan ke depan.”
Federasi Rumah Sakit Jerman pekan lalu mengeluh kesenjangan pendanaan bisa bertambah hingga sekitar 15 miliar euro pada 2022 dan 2023.
Meski demikian, Lauterbach menepis perkiraan itu, dengan mengatakan tidak ada yang bisa memprediksi seberapa mahal listrik tahun depan.
Federasi, bagaimanapun, mengatakan biaya energi tambahan hanya sekitar sepertiga dari jumlah itu, sementara sisanya adalah "kenaikan biaya material yang tidak dibiayai kembali" karena inflasi yang melonjak.
Menteri kesehatan akan bertemu Menteri Keuangan Christian Lindner pada Selasa untuk membahas potensi bentuk bantuan yang dapat diberikan pemerintah.
Namun untuk saat ini belum ada pembentukan dana federal khusus untuk membantu menjaga fasilitas kesehatan tetap berjalan.
“Rumah sakit berada dalam situasi yang sangat khusus, tetapi kami tidak dapat membuat dana khusus yang terpisah untuk setiap bidang,” ujar dia.
Inflasi tahunan di Jerman terus meningkat dua digit, meningkat menjadi 10,9% pada September, menurut data final dari Kantor Statistik Federal (Destatis) pada Kamis.
“Tingkat inflasi telah mencapai tertinggi sepanjang masa sejak reunifikasi Jerman," ungkap Presiden Destatis Georg Thiel.
Dia mengutip "kenaikan harga yang sangat besar" untuk produk energi, serta biaya makanan, sebagai alasan utama inflasi yang tinggi.
Ekonom terkemuka Jerman baru-baru ini memperingatkan meroketnya harga gas dapat mendorong ekonomi terbesar Uni Eropa ke dalam resesi.
Mereka memperkirakan Jerman akan menjadi salah satu negara yang paling parah terkena dampak perlambatan ekonomi global tahun depan.
Uni Eropa saat ini sedang berjuang dengan krisis energi yang parah, dengan harga gas mencapai tingkat rekor, menaikkan inflasi secara keseluruhan.
Rusia pernah memenuhi lebih dari 40% kebutuhan gas UE, sebelum dimulainya operasi militernya di Ukraina dan sanksi berikutnya.
Pasokan telah turun secara dramatis tahun ini, memperburuk krisis energi karena blok tersebut berusaha mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia dan menghukum Moskow.
Raksasa energi Jerman EnBW AG mengumumkan pada Selasa bahwa harga gas untuk rumah tangga akan naik lagi rata-rata 38%, mulai 1 Desember.
Pengumuman tersebut muncul sekitar tiga bulan setelah kenaikan sebelumnya berlaku.
(sya)