Demokrasi Indonesia Melangkah Maju, Malaysia Jalan Mundur
A
A
A
JAKARTA - Suksesnya Pemilu yang ditandai pelantikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin membuat publik Malaysia iri. Oposisi Malaysia menyebut demokrasi Indonesia melangkah maju, sedangkan demokrasi di Malaysia berjalan mundur.
Di Malaysia, kekuasaan secara langgeng dikendalikan partai politik yang sama sejak negara itu merdeka tahun 1957.
”Sementara Indonesia membuat kemajuan besar, kita memutar dan ruang demokrasi akan kembali ke era Mahathir 1990-an,” kata juru bicara oposisi Malaysia, Rafizi Ramli, saat berkunjung ke Australia Senin kemarin mengacu pada sosok Mahathir Mohamad. ”Kami belum bangkit dari Pemilu tahun lalu,” katanya lagi, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Selasa (21/10/2014).
Seorang profesor ilmu politik di Monash University Malaysia, James Chin, menyebut politik di Malaysia dibajak.”Di Malaysia, politik sedang dibajak oleh politik Islam. Itu benar-benar membuat saya khawatir Mereka menempatkan supremasi Melayu bersama-sama dengan supremasi Islam,” ujarnya.
Parahnya, sentiman etnis dan agama di Malaysia kini justru meruncing.”Sebelumnya, mereka mencoba untuk mengatur orang dan perilaku umat Islam, sekarang, mereka mencoba untuk mengatur orang dan perilaku non-Muslim juga,” lanjut Chin.
Dia dengan nada iri lantas membandingkan kemajuan yang terjadi di Indonesia. Chin kagum dengan Indonesia yang dia anggap negara sekuler yang tidak memaksakan standar agama dalam ranah publik.
Pihak oposisi Malaysia juga menyoroti kepemimpinan Perdana Menteri Najib Razak yang kembali mengangkat kasus sodomi terhadap pemimpin oposisi Anwar Ibrahim.
Pihak oposisi menganggap Anwar sebagai korban penganiayaan politik rezim Malaysia. Sementara itu, pemerintah Malaysia belum berkomentar atas penilaian kubu oposisi itu.
Di Malaysia, kekuasaan secara langgeng dikendalikan partai politik yang sama sejak negara itu merdeka tahun 1957.
”Sementara Indonesia membuat kemajuan besar, kita memutar dan ruang demokrasi akan kembali ke era Mahathir 1990-an,” kata juru bicara oposisi Malaysia, Rafizi Ramli, saat berkunjung ke Australia Senin kemarin mengacu pada sosok Mahathir Mohamad. ”Kami belum bangkit dari Pemilu tahun lalu,” katanya lagi, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Selasa (21/10/2014).
Seorang profesor ilmu politik di Monash University Malaysia, James Chin, menyebut politik di Malaysia dibajak.”Di Malaysia, politik sedang dibajak oleh politik Islam. Itu benar-benar membuat saya khawatir Mereka menempatkan supremasi Melayu bersama-sama dengan supremasi Islam,” ujarnya.
Parahnya, sentiman etnis dan agama di Malaysia kini justru meruncing.”Sebelumnya, mereka mencoba untuk mengatur orang dan perilaku umat Islam, sekarang, mereka mencoba untuk mengatur orang dan perilaku non-Muslim juga,” lanjut Chin.
Dia dengan nada iri lantas membandingkan kemajuan yang terjadi di Indonesia. Chin kagum dengan Indonesia yang dia anggap negara sekuler yang tidak memaksakan standar agama dalam ranah publik.
Pihak oposisi Malaysia juga menyoroti kepemimpinan Perdana Menteri Najib Razak yang kembali mengangkat kasus sodomi terhadap pemimpin oposisi Anwar Ibrahim.
Pihak oposisi menganggap Anwar sebagai korban penganiayaan politik rezim Malaysia. Sementara itu, pemerintah Malaysia belum berkomentar atas penilaian kubu oposisi itu.
(mas)