Gazprom: NATO Pernah Kehilangan Drone di Bawah Pipa Nord Stream

Kamis, 13 Oktober 2022 - 05:15 WIB
loading...
Gazprom: NATO Pernah Kehilangan Drone di Bawah Pipa Nord Stream
Pekerja memasang jaringan pipa gas Nord Stream. Foto/Nord Stream 2/Axel Schmidt
A A A
MOSKOW - Blok militer NATO pernah berhasil "kehilangan" drone bawah air bersenjata tepat di bawah Nord Stream.

Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Gazprom Sergey Kupriyanov pada Rossiya 24.

“Pada 6 November 2015, satu perusak ranjau bawah laut NATO ‘Seafox’ ditemukan selama inspeksi visual terjadwal dari pipa gas Nord Stream,” ujar Sergey Kupriyanov pada Senin lalu.

“Perangkat itu ditemukan beristirahat di dasar laut pada kedalaman 40 meter antara pipa Nord Stream, hampir tepat di bawah salah satunya,” papar Kupriyanov.



Insiden itu, yang mendapat liputan media terbatas pada saat itu, mendorong penghentian singkat pengiriman gas, sementara pesawat tak berawak itu akhirnya ditemukan militer Swedia.

“Saat itu, blok pimpinan Amerika Serikat (AS) mengatakan telah kehilangan perangkat selama latihan militer,” ungkap juru bicara Gazprom itu.



Drone buatan Jerman membawa hulu ledak 1,4 kg, yang dimaksudkan untuk menghancurkan amunisi dan ranjau yang tidak meledak, menurut data yang tersedia untuk umum.

“Itu latihan NATO untuk Anda, ketika alat peledak tingkat militer berakhir tepat di bawah pipa kami,” ungkap Kupriyanov.

Pernyataan itu muncul setelah serangan sabotase yang nyata pada sistem pipa Nord Stream. Pipa Nord Stream 1 dan 2 keduanya tiba-tiba kehilangan tekanan pada 26 September, menyusul serangkaian ledakan bawah laut yang kuat di pulau Bornholm, Denmark.

Pecahnya pipa menyebabkan kebocoran gas besar-besaran ke laut terbuka dan membuat pipa tidak bisa dioperasikan.

Sementara Moskow telah menyerukan penyelidikan internasional, dengan partisipasinya sendiri, atas insiden tersebut, pihak lain tampaknya enggan untuk melakukan penyelidikan semacam itu.

Swedia, misalnya, telah secara eksplisit menyatakan tidak akan membagikan hasil investigasi ledakannya dengan Moskow.

"Di Swedia, penyelidikan awal kami bersifat rahasia, dan itu, tentu saja, juga berlaku dalam kasus ini," ungkap Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson kepada wartawan, Senin.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyalahkan “Anglo-Saxon,” bahasa sehari-hari Rusia untuk aliansi AS-Inggris, berada di balik ledakan, yang digambarkan Moskow sebagai “tindakan terorisme internasional.”

Berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada Senin, Putin mengatakan, “Kita semua tahu betul siapa penerima manfaat utama dari kejahatan ini.”

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2023 seconds (0.1#10.140)