Surat Kabar Le Figaro Ungkap Puluhan Mata-mata Prancis Dikerahkan di Ukraina
loading...
A
A
A
KIEV - Puluhan operator Prancis dari Direktorat Jenderal Keamanan Eksternal (DGSE) dikerahkan ke Ukraina di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Moskow dan Kiev.
Surat kabar Le Figaro melaporkan hal tersebut mengutip sumber intelijen.
Sumber tersebut mengatakan kepada koresponden senior internasional surat kabar Georges Malbrunot bahwa, “Sekitar lima puluh orang dari DGSE Action Service telah dikerahkan di Ukraina sejak awal invasi Rusia.”
“Para agen tersebut melakukan tugas yang berbeda di negara ini, di antaranya memproses citra satelit yang disediakan Paris ke Kiev,” ungkap Malbrunot.
“Mata-mata juga bekerja dengan bahan tertentu yang disediakan ke Ukraina, mungkin termasuk howitzer self-propelled Ceasar buatan Prancis,” papar laporan Le Figaro.
Prancis telah menjadi salah satu pendukung utama otoritas Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung, mengirimkan berbagai macam peralatan untuk perjuangan mereka melawan Rusia.
Moskow telah berulang kali mendesak Barat berhenti "memompa" Ukraina dengan persenjataan, memperingatkan bantuan semacam itu hanya akan memperpanjang permusuhan.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass, yang sejak itu bergabung dengan Federasi Rusia, sebagai negara merdeka, dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Surat kabar Le Figaro melaporkan hal tersebut mengutip sumber intelijen.
Sumber tersebut mengatakan kepada koresponden senior internasional surat kabar Georges Malbrunot bahwa, “Sekitar lima puluh orang dari DGSE Action Service telah dikerahkan di Ukraina sejak awal invasi Rusia.”
“Para agen tersebut melakukan tugas yang berbeda di negara ini, di antaranya memproses citra satelit yang disediakan Paris ke Kiev,” ungkap Malbrunot.
“Mata-mata juga bekerja dengan bahan tertentu yang disediakan ke Ukraina, mungkin termasuk howitzer self-propelled Ceasar buatan Prancis,” papar laporan Le Figaro.
Prancis telah menjadi salah satu pendukung utama otoritas Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung, mengirimkan berbagai macam peralatan untuk perjuangan mereka melawan Rusia.
Moskow telah berulang kali mendesak Barat berhenti "memompa" Ukraina dengan persenjataan, memperingatkan bantuan semacam itu hanya akan memperpanjang permusuhan.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass, yang sejak itu bergabung dengan Federasi Rusia, sebagai negara merdeka, dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(sya)