Diduga Sembunyikan Presiden Terguling, Demonstran Serang Kedubes Prancis

Minggu, 02 Oktober 2022 - 09:56 WIB
loading...
Diduga Sembunyikan Presiden...
Demostran Burkina Faso menyerang Kedubes Prancis karena diduga menyembunyikan presiden terguling. Foto/The Guardian
A A A
OUAGADOUGOU - Para pengunjuk rasa menyerang kedutaan besar Prancis di Burkina Faso karena diduga menyembunyikan presiden yang digulingkan.

Para pengunjuk rasa yang marah menyerang kedutaan besar Prancis di ibu kota Burkina Faso, Ouagadougou. Para pendukung pemimpin kudeta di negara Afrika barat itu menuduh Prancis menyembunyikan presiden sementara yang digulingkan, tuduhan yang dibantah keras oleh otoritas Prancis.

Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba digulingkan pada Jumat malam kurang dari sembilan bulan setelah dia melakukan kudeta di Burkina Faso, yang secara efektif telah gagal untuk melawan meningkatnya kekerasan oleh ekstremis Islam.

Komentar juru bicara junta pada hari Sabtu memicu ledakan kemarahan di ibu kota Ouagadougou.

“Damiba telah mencoba mundur ke pangkalan militer Kamboinsin Prancis untuk mempersiapkan serangan balasan guna memecah belah pasukan pertahanan dan keamanan kami,” kata Letnan Jean Baptiste Kabre, membacakan pernyataan atas nama kepemimpinan junta baru seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (2/10/2022).

Video di media sosial menunjukkan penduduk dengan obor menyala di luar perimeter kedutaan Prancis, dan gambar lain menunjukkan bagian dari kompleks terbakar.

Di kota terbesar kedua Burkina Faso, Bobo-Dioulasso, massa yang marah juga merusak Institut Prancis.



Keberadaan Damiba tetap tidak diketahui tetapi kementerian luar negeri Prancis mengeluarkan pernyataan tegas.

“Kami secara resmi menyangkal keterlibatan dalam peristiwa yang terjadi di Burkina Faso. Kamp tempat pasukan Prancis bermarkas tidak pernah menampung Paul-Henri Sandaogo Damiba, juga kedutaan kami,” katanya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Anne-Claire Legendre kemudian mengatakan kepada France24 pada Sabtu malam bahwa situasi di Ouagadougou membingungkan dan dia mendesak warga Prancis untuk tinggal di rumah.

Ibrahim Traore, kapten tentara berusia 34 tahun yang ditunjuk sebagai penanggung jawab setelah kudeta Jumat malam diumumkan di televisi pemerintah, mengatakan dalam wawancara bahwa dia dan anak buahnya tidak berusaha untuk menyakiti Damiba, yang tidak seperti para pemimpin terguling lainnya di wilayah tersebut belum menawarkan pengunduran dirinya.

“Jika kami mau, kami akan membawanya dalam pertempuan lima menit dan mungkin dia akan mati, presiden. Tapi kami tidak menginginkan bencana ini," kata Traore kepada Voice of America.

“Kami tidak ingin menyakitinya, karena kami tidak memiliki masalah pribadi dengannya. Kami berjuang untuk Burkina Faso,” imbuhnya.

Dia kemudian mengatakan kepada Radio Omega: “Kami tidak memiliki niat untuk membawa Damiba ke pengadilan. Kami hanya berharap dia akan beristirahat karena dia lelah, dan bagi kami, kami akan terus melakukan pekerjaan.”



Jalan-jalan tetap tertutup di Ouagadougou dan sebuah helikopter terdengar terbang di atas kepala. Analisis keamanan internal untuk UE yang dilihat oleh Associated Press mengatakan ada "gerakan militer yang tidak normal" di kota itu.

Ketika ketidakpastian merajalela, komunitas internasional secara luas mengutuk penggulingan Damiba, yang menggulingkan presiden yang dipilih secara demokratis di negara itu pada Januari lalu. Uni Afrika dan blok kawasan Afrika barat yang dikenal sebagai Eco dengan tajam mengkritik perkembangan tersebut.

“ECOWAS menganggap perebutan kekuasaan baru ini tidak tepat pada saat kemajuan telah dibuat,” kata blok itu, mengutip kesepakatan Damiba baru-baru ini untuk kembali ke tatanan konstitusional pada Juli 2024.

Setelah mengambil alih kekuasaan pada Januari, Damiba berjanji untuk mengakhiri kekerasan ekstremis Islam yang telah memaksa 2 juta orang meninggalkan rumah mereka di Burkina Faso. Tetapi kelompok petugas yang dipimpin oleh Traore mengatakan pada hari Jumat bahwa Damiba telah gagal dan digulingkan.

Kepemimpinan junta baru mengatakan akan berkomitmen semua kekuatan tempur untuk kembali fokus pada masalah keamanan dan pemulihan integritas wilayah.

Tetapi masih harus dilihat apakah junta yang baru dapat membalikkan krisis. Kekhawatiran meningkat pada hari Sabtu bahwa ketidakstabilan politik terbaru akan semakin mengalihkan perhatian militer dan memungkinkan para ekstrimis untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara yang dulu damai.

Bagi beberapa orang di militer Burkina Faso, Damiba dipandang terlalu nyaman dengan mantan penjajah Prancis, yang mempertahankan kehadiran militer di wilayah Sahel Afrika untuk membantu negara-negara memerangi ekstremis Islam. Beberapa yang mendukung pemimpin kudeta baru, Traore, telah meminta pemerintah Burkina Faso untuk mencari dukungan Rusia sebagai gantinya.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2220 seconds (0.1#10.140)