Bomber Rusia yang Mampu Mengebom Nuklir Dekati Finlandia, Ada Apa?
loading...
A
A
A
MOSKOW - Beberapa pesawat pengebom (bomber) strategis TU-160 dan TU-95 Rusiatelah mendekati wilayah Finlandia baru-baru ini. Manuver mereka terdeteksi satelit yang dioperasikan perusahaan intelijen Israel, ImageSat International (ISI).
Pesawat-pesawat yang mampu menjatuhkan bom nuklir itu diketahui telah dikerahkan ke Pangkalan Udara Olenya di dekat Finlandia.
Menurut citra satelit ISI, empat TU-160 terdeteksi pada 21 Agustus dan tiga TU-95 terdeteksi pada 25 September.
"Melalui Patterns-of-Life yang sedang berlangsung, sistem menunjukkan bahwa Pangkalan Udara Engels adalah kemungkinan titik keberangkatan dari bomber strategis yang terdeteksi di Pangkalan Udara Olenya,” tulis ISI dalam laporannya yang dikutip Jerusalem Post, Sabtu (1/10/2022).
Pangkalan Udara Engels adalah rumah bagi satu-satunya bomber strategis Rusia yang ditempatkan di dekat Ukraina dan merupakan pangkalan bagi Resimen Penerbangan Pengebom Berat 121 (121 TBAP) yang menerbangkan TU-160 dan TU-95.
Beberapabomber, yang mampu membawa rudal jelajah dan senjata nuklir strategis, telah aktif dalam perang Ukraina sejak invasi Moskow pada Februari. Sepanjang perang melawan Ukraina, Angkatan Udara Rusia tidak dapat memperoleh keunggulan udara dan justru telah kehilangan banyak pesawat.
Meskipun tidak jelas mengapa bomber-bomber tersebut dipindahkan ke Pangkalan Udara Olenya, namun itu terjadi ketika Presiden Rusia Vladimir Putin terus mengancam Barat bahwa dia dapat menggunakan senjata nuklir strategis, termasuk setelah dia mengumumkan mobilisasi parsial tentara cadangan di negara itu, dengan mengatakan; "Ini bukan gertakan.”
Pangkalan Udara Olenya terletak di Semenanjung Kola dekat Murmansk. Ini menampung Armada Utara Rusia dan sejumlah besar senjata dan perangkat keras militer, termasuk senjata nuklir taktis dan strategis.
Menurut data tahun 2020 yang dirilis di bawah perjanjian pengurangan senjata New START antara Moskow dan Washington, Rusia akui memiliki 1.447 hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan dan memiliki kapasitas untuk mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir pada rudal balistik antarbenua (ICBM) dan rudal balistik kapal selam (SLBM) modernnya, serta pengebom berat, tetapi dibatasi untuk melakukannya oleh perjanjian New START.
Pesawat-pesawat yang mampu menjatuhkan bom nuklir itu diketahui telah dikerahkan ke Pangkalan Udara Olenya di dekat Finlandia.
Menurut citra satelit ISI, empat TU-160 terdeteksi pada 21 Agustus dan tiga TU-95 terdeteksi pada 25 September.
"Melalui Patterns-of-Life yang sedang berlangsung, sistem menunjukkan bahwa Pangkalan Udara Engels adalah kemungkinan titik keberangkatan dari bomber strategis yang terdeteksi di Pangkalan Udara Olenya,” tulis ISI dalam laporannya yang dikutip Jerusalem Post, Sabtu (1/10/2022).
Pangkalan Udara Engels adalah rumah bagi satu-satunya bomber strategis Rusia yang ditempatkan di dekat Ukraina dan merupakan pangkalan bagi Resimen Penerbangan Pengebom Berat 121 (121 TBAP) yang menerbangkan TU-160 dan TU-95.
Beberapabomber, yang mampu membawa rudal jelajah dan senjata nuklir strategis, telah aktif dalam perang Ukraina sejak invasi Moskow pada Februari. Sepanjang perang melawan Ukraina, Angkatan Udara Rusia tidak dapat memperoleh keunggulan udara dan justru telah kehilangan banyak pesawat.
Meskipun tidak jelas mengapa bomber-bomber tersebut dipindahkan ke Pangkalan Udara Olenya, namun itu terjadi ketika Presiden Rusia Vladimir Putin terus mengancam Barat bahwa dia dapat menggunakan senjata nuklir strategis, termasuk setelah dia mengumumkan mobilisasi parsial tentara cadangan di negara itu, dengan mengatakan; "Ini bukan gertakan.”
Pangkalan Udara Olenya terletak di Semenanjung Kola dekat Murmansk. Ini menampung Armada Utara Rusia dan sejumlah besar senjata dan perangkat keras militer, termasuk senjata nuklir taktis dan strategis.
Menurut data tahun 2020 yang dirilis di bawah perjanjian pengurangan senjata New START antara Moskow dan Washington, Rusia akui memiliki 1.447 hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan dan memiliki kapasitas untuk mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir pada rudal balistik antarbenua (ICBM) dan rudal balistik kapal selam (SLBM) modernnya, serta pengebom berat, tetapi dibatasi untuk melakukannya oleh perjanjian New START.